Jadi Korban Robohnya Gedung di Slipi, Iqbal Bingung Biayai Pengobatan
"Kami bingung, ke mana mesti mengadu," kata Novi, istri Iqbal, ketika dihubungi di ruang perawatan kamar 1606 RSUD Tarakan.
SUDAH jatuh tertimpa tangga pula. Itulah dua kali naas yang menimpa Muhamad Iqbal, salah satu korban robohnya gedung di Slipi, Senin (6/1) pagi WIB.
Perawatan Iqbal di RSUD Tarakan, Jakpus, disebut-sebut tidak dalam tanggungan BPJS. Di sisi lain, motor yang sehari-hari menjadi sandaran hidupnya sebagai pengemudi ojek online (ojol), sudah dihancurkan bersama sisa gedung yang diruntuhkan, Selasa (7/1) sore.
“Kami bingung, ke mana mesti mengadu,” kata Novi, istri Iqbal, ketika dihubungi di ruang perawatan kamar 1606 RSUD Tarakan.
Menurut Novi, pihak RSUD Tarakan sudah menegaskan bahwa biaya perawatan suaminya tidak menjadi tanggungan BPJS Kesehatan. Alasannya, ia terkena musibah bencana, bukan sakit. Iqbal disebutkan harus memiliki Jamkesmas.
Pada Senin sore, Iqbal dipindahkan dari ruangan IGD ke ruang perawatan di kamar 1606 yang masuk kategori Kelas 2.
“Ada perawat yang bilang mestinya di kelas 3, tetapi karena ruangan di kelas 3 penuh, ia dibawa ke ruangan ini. Kalau ternyata nanti tidak ditanggung BPJS, bagaimana?” kata Novi bingung.
Iqbal, 37 tahun, bersama dua orang lainnya, menjadi tiga korban yang berada di luar gedung yang runtuh pada Senin pagi sekitar pukul 09.00 WIB itu.
Iqbal, yang menjadi pengemudi ojol Gojek, saat itu sedang membawa penumpang–seorang perempuan, yang ikut menjadi korban runtuhan gedung. Naik dari kawasan Tanjung Duren, dengan tujuan ke S. Parman, penumpang tersebut meminta melewati jalan pintas yang berada samping gedung.
Tidak dinyana, gedung runtuh. Iqbal dan penumpangnya terkena runtuhan di luar gedung. Keduanya di bawa ke RSUD Tarakan, sekitar setengah jam setelah gedung runtuh.
Di RS Tarakan, Iqbal dan korban runtuhan lainnya sempat mendapat perawatan di IGD. Keduanya sempat tidak sadarkan diri. Untuk Iqbal, dari hasil CT Scan ada pergeseran di tulang tangan kanannya. Nyeri dari pundak ke bawah.
“Tangan kanan tidak bisa digerakan, kiri bisa,” kata Novi, menceritakan kondisi suaminya.
Iqbal, yang baru empat bulan ini menjadi pengemudi Ojol, hampir pasti tidak bisa melanjutkan pekerjaannya. Beberapa teman sesama pengemudi Gojek sudah menengoknya di RSUD Tarakan.
Namun, mereka tidak sampai hati mengabarkan soal motor Vario bernopol AD 4689 Q yang dikendarai Iqbal, yang Selasa sore dihancurkan bersama puing-puing runtuhan.
“Itu sebenarnya motor adik. Saya nggak tega ngasih tahu ke Iqbal, khawatir ia makin syok,” kata Novi.
Motor yang dikendarai Iqbal bersama beberapa motor yang menjadi korban runtuhan lainnya tidak bisa di bawa, bahkan disatukan dengan puing-puing runtuhan.
Sampai sekarang tidak ada perwakilan dari pengelola/pemilik gedung yang beritikad baik mendatangi korban runtuhan. Termasuk menengok ke RSUD Tarakan.
Selama ini Iqbal dan istrinya, Novi, tinggal di rumah kontrakan di daerah Kebayoran Lama, Jaksel, bersama seorang anak mereka, Ano, yang baru berusia 5 tahun.