5 Doktor Termuda dari Indonesia, Bukti Anak Muda Nggak Main-Main Soal Pendidikan
DIFANEWS.COM – Biasanya, gelar doktor itu sering dianggap milik orang yang sudah cukup dewasa dan berpengalaman. Tapi ternyata, banyak anak muda Indonesia yang justru berhasil menyelesaikan pendidikan S3 saat teman sebayanya masih fokus skripsi atau baru mulai kerja. Dengan riset serius dan perjalanan akademik yang nggak gampang, mereka membuktikan bahwa usia muda bukan batasan untuk sampai ke puncak pendidikan.
Berikut enam doktor muda Indonesia yang prestasinya patut diacungi jempol:
1. Rendra Panca Anugraha (24 Tahun 4 Bulan)

Rendra berhasil meraih gelar doktor dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada usia 24 tahun 4 bulan. Pencapaian ini bikin namanya masuk daftar doktor termuda dari kampus teknik ternama tersebut. Perjalanannya jadi bukti bahwa konsistensi belajar bisa membawa hasil besar di usia muda.
2. Diva Kurnianingtyas (24 Tahun 9 Bulan)

Diva Kurnianingtyas lulus doktor dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada usia 24 tahun 9 bulan. Risetnya membahas sistem asuransi kesehatan nasional mulai dari mekanisme rujukan, premi, sampai kualitas layanan. Ia dikenal sebagai salah satu lulusan S3 termuda yang dimiliki ITS.
3. Maya Nabila (24 Tahun 11 Bulan)

Maya Nabila Dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Maya lulus S3 pada usia 24 tahun 11 bulan. Disertasinya membahas Ramsey Graphs, topik di bidang kombinatorika yang nggak main-main tingkat kerumitannya. Maya tercatat sebagai wisudawan doktor termuda di ITB.
4. Shinta Amalina Hazrati Havidz (25 Tahun 11 Bulan)

Shinta meraih gelar doktor dari Wuhan University of Technology (WUT), China, di usia 25 tahun 11 bulan. Melanjutkan studi doktoral di luar negeri dan selesai dalam usia yang sangat muda jelas bukan hal sederhana, dan Shinta berhasil menjalaninya dengan baik.
5. Dewi Agustiningsih (26 Tahun 6 Bulan)

Dewi menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada usia 26 tahun 6 bulan, dengan masa studi yang super cepat: cuma 2 tahun 6 bulan. Penelitiannya fokus pada pengembangan katalis material anorganik untuk reaksi organik yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Kelima nama ini membuktikan bahwa anak muda Indonesia punya potensi besar untuk bersaing di dunia akademik, baik di dalam negeri maupun internasional. Usia muda bukan alasan untuk takut bermimpi tinggi justru jadi modal untuk terus berlari lebih cepat.


