Pabrik Tekstil Megap-megap, Banyak yang Sudah Tutup
JAKARTA, DIFANEWS.com — Pabrik tekstil banyak yang memilih menghentikan operasinya saat ini. Sebagian pabrik tekstil mengambil langkah berani dengan menghentikan aliran listrik PLN.
Langkah itu mau tidak mau diambil karena dibayangi beban abonemen tarif listrik setiap bulan. Meski ada risiko pabrik harus merogoh kocek besar ketika memasang listrik lagi.
“Ada beberapa (pabrik) yang listriknya di-stop. Saya dengar di industri hilir, yakni rajut ada yang sudah stop. Jadi mereka daripada bayar listrik tapi kena minimum charge, mending stop. Listriknya diputus dulu. Posisinya sampai situ,” kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Filament Indonesia, Redma Gita Wirawasta dalam Power Lunch CNBC Indonesia, Jumat (2/10).
Akibat pilihan mencabut aliran listrik, maka produksi sudah tidak berjalan. Ongkos produksi lain pun ditekan sedemikian rupa untuk bertahan. Lagi-lagi, yang menjadi korban adalah karyawan.
“Mereka sudah full stop produksi, kalau dibangkrutkan nggak bangkrut. Mereka nggak produksi sama sekali aja. Mereka akhirnya kurangi beban biaya supaya nggak beli bahan baku, nggak bayar full gaji karyawan,” jelas Redma.
Industri bukan tidak memiliki niat untuk kembali. Rencana itu tetap ada, namun, perlu perhitungan matang sebelum memutuskannya. Jika tidak, potensi kerugian yang dirasa bisa semakin besar. Apalagi, ada sejumlah perusahaan besar yang tetap berproduksi dan menjadi saingan di tengah kecilnya pasar dan serbuan barang impor
“Kalau market bisa jamin diserap pasar, mereka bisa jalan lagi. Tapi market nggak menjamin pasar dalam negeri, mereka nggak akan jalan,” jelasnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sepakat untuk memberikan subsidi listrik bagi pelaku industri. Dalam waktu dekat, pemerintah akan segera mengeluarkan aturan main terkait hal ini.
Hal tersebut dikemukakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers usai rapat terbatas, beberapa waktu lalu.
“Tadi sudah disetujui pemberian subsidi listrik, selain untuk berpenghasilan rendah yang sudah diperpanjang sampai Desember, juga relaksasi daripada abodemen (pembayaran minimum) ataupun biaya listrik,” kata Airlangga.