Melalui Pusat Riset Sejarah Rasulullah & Peradaban Islam Bandung, Indonesia Harus Jadi Kiblat Pemikiran Islam
JAKARTA, DIFANEWS.com — Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung membangun Gedung Pusat Riset Sejarah Rasulullah dan Peradaban Islam di Kampus II UIN Bandung.
Pusat Riset Sejarah Rasulullah dan Peradaban Islam di UIN Bandung merupakan yang pertama di lingkup PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri). Tidak hanya ilmu keagamaan, nantinya di pusat riset tersebut akan dikembangkan penelitian di bidang ilmu eksakta, sosial, dan humaniora.
“Gedung yang diberi nama Pusat Riset Sejarah Rasulullah dan Peradaban Islam ini diharapkan mampu memberikan motivasi meneliti khususnya di lingkup UIN Bandung di berbagai bidang pengetahuan baik ilmu eksakta, sosial, agama, maupun humaniora,” kata Sekretaris Senat UIN SGD Bandung Prof. Dr. H. Idzam Fautanu, MA di acara peletakan batu pertama.
Dalam peletakan batu pertama, Kamis (15/10), turut dihadiri Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla, beserta Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia ke-26, Prof. Hamid Awaluddin, MA, Ph.D, Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia 2017-2022, Komjen Pol. (Purn) Dr. (HC). H. Syafruddin, M.Si, Ketua Senat Universitas, Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, M.Si, dan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si.
Dengan hadirnya Pusat Riset Sejarah Rasullah dan peradaban Islam di UIN Bandung, JK berharap Indonesia menggantikan Timur Tengah sebagai kiblat pemikiran Islam dunia.
“Kalau kita lihat negara Timur Tengah yang menjadi tempat kelahiran Islam dan pusat rujukan Islam, saat ini penuh dengan konflik sehingga wajah Islam sebagai rahmatan lil alamin tidak nampak lagi di sana. Untuk itu sudah saatnya Indonesia mengambil alih kiblat Islam dunia karena wajah Islam yang ramah masih ada di Asia Tenggara ini, terutama Indonesia yang menjadi negara penganut Islam terbesar. Di sinilah pentingya pusat riset sejarah Rasulullah dan Peradaban Islam untuk dapat mencapai hal tersebut,” kata JK.
JK berharap dengan menjadinya pusat pemikiran Islam dunia, ilmuwan keislaman Indonesia lebih produktif dan menjadi rujukan ilmu Islam di dunia.
“Kita kalau ke toko buku dan mencari buku-buku tentang Islam kebanyakan itu buku hasil terjemahan penulis dari luar. Hanya 20 persen yang ditulis oleh ulama kita, untuk itu saya berharap agar para ilmuwan Islam Indonesia dapat menyumbangkan karyanya lebih banyak lagi sehingga kita bisa menjadi pusat rujukan Islam dunia,” kata JK.
Dengan majunya ilmuwan islam Indonesia, JK juga berharap umat Islam maju di bidang ekonominya. Terlebih jika melihat Nabi Muhammad SAW yang lebih lama menjadi pedagang selama 27 tahun, ketimbang menjalani perannya sebagai nabi selama 23 tahun.
“Umat islam di Indonesia sangat jauh tertinggal dari segi ekonomi dibanding umat lainnya di Indonesia ini. Jika ada 10 orang kaya biasanya hanya 1 yang umat islam. Untuk itu saya berharap kita umat islam di Indonesia tidak hanya mencontoh Nabi dari segi kehidupan ibadahnya saja tapi juga dari segi kegiatan ekonomi,” ujarnya.
“Kalau kita lihat kehidupan Nabi dia menjadi pedagang dari umur 13 tahun sampai umur 40 artinya 27 tahun ia menjadi pedagang lebih lama dibanding menjadi nabi yang hanya 23 tahun dijalaninya,” sambung JK.