Kado Jam Tangan yang Tak Pernah Sampai
Jakarta, difanews.com — Arneta Fauzi, 39 tahun, bersama tiga anaknya; Zurisya Zuar Zai (8), Umbu Kristin Zai (2), dan Faou Nontius Zai (6 bulan), berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (9/1), dengan riang.
Di tangan mereka ada tiket Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak, Kalimantan Barat. Bersama anaknya, Arneta ingin menyusul suaminya, Yaman Zai, yang lebih dulu ada di kota itu.
Ia juga sudah menyiapkan jam tangan dan sepatu sebagai hadiah untuk Yaman yang bekerja sebagai pelaut itu.
Sebelum pergi ke bandara, Arneta sempat meminta dibuatkan sayur sop oleh pembantunya, Yayuk. Ia pun disebut makan banyak.
“Terakhir sebelum pergi, dia (Arneta) kasih uang ke saya Rp100 ribu, buat jajan, katanya. ‘Saya titip rumah ya’. Terus dia dandan, medok, pas mau pergi itu dia nyanyi,” kata Yayuk, menirukan perbincangannya dengan Arneta, ditemui cnnindonesia.com di rumahnya, di Serang, Senin (11/1/2020).
Arneta bersama tiga anaknya kemudian berangkat ke Bandara Seotta dari rumahnya di Perumahan Taman Lopang Indah, Kelurahan Unyur, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, pukul 08.30 WIB.
Sesampai di bandara, Yayuk menyebut wajah Arneta pucat dan tidak pamitan ke dirinya. Hanya dua anaknya yang melambaikan tangan.
Hingga sore, tak ada kabar Arneta sampai di Pontianak. Sang suami, Yaman, menelpon keponakannya di Kota Serang. Karena khawatir, Yayuk kemudian menyalakan televisi dan melihat berita kecelakaan pesawat Sriwijaya Air.
Sebelum kejadian itu, Arneta beserta ketiga anaknya, dua kali gagal berangkat menemui suaminya karena keterlambatan mendapat hasil rapid test antigen.
“Mama Umu (panggilan Arneta) itu udah dua kali pulang. Yang pertama itu iya selamat. Ibu itu orang baik, anaknya juga baik-baik. Semoga ada mukjizat ya,” harapnya.
Yaman Zai sendiri sudah bersiap menjemput istri dan tiga anaknya di Bandara Internasional Supadio Pontianak, Sabtu (9/1/2021). Begitu mendapat kabar duka, ia tak mampu menahan isak tangisnya.
“Ada istri dan anak-anak saya. Anak saya tiga. Tolong ya Allah, anak saya,” lirihnya.
“Saya bekerja di sini keluarga mau nyusul liburan. Satu tahun lebih bekerja di sini. Saya ke Bandara mau jemput,” sambung Yaman.
Menurut Yaman, ia terakhir melakukan kontak dengan keluarga kecilnya sebelum pesawat berangkat.
Nurul, kakak dari Arneta Fauzi, tak menyangka adiknya itu menaiki pesawat Sriwijaya Air SJ182.
“Bulan Desember itu dia ngajak saya liburan ke Kalimantan, Pontianak. Cuma saya menolak, jadi saya enggak ikut berangkat, cuma dia,” kata Nurul, ditemui di di Posko Antemortem-DVI Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Senin (11/1/2021) siang.
Terpisah, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta pihak Sriwijaya Air dan Jasa Raharja memenuhi permintaan keluarga agar korban jatuhnya pesawat JS 182 yang ditemukan bisa dimakamkan di kota asal.
“Dalam kesempatan ini sekali lagi saya sampaikan kepada jasa Raharja dan Sriwijaya untuk memberikan layanan yang baik, termasuk di antaranya permintaan dari keluarga korban untuk dimakamkan di asal kota,” ujar Budi dalam jumpa pers di posko crisis center Baandara Soetta.
Total 62 korban yang terdiri atas 50 penumpang dan 12 kru itu berasal dari 24 kabupaten/kota seluruh Indonesia.