BisnisKuliner

Bima Arya Kagum dengan Pedagang Legendaris di Teras Surken Bogor

"Nantinya ketika belanja di Teras Surken, warga dibiasakan dengan transaksi secara cashless," ujar Bima Arya.

BOGOR, DIFANEWS.com — Kota Bogor kini punya destinasi anyar wisata kuliner legendaris dengan diresmikannya Teras Suryakencana atau Teras Surken di Jalan Bata, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Kamis (27/8/2020). 

Wali Kota Bogor, Bima Arya, mengatakan, Teras Surken ini diisi oleh para pedagang yang sudah berjualan di Suryakencana selama puluhan tahun. Dalam proses penataannya, Pemkot Bogor menatanya dengan cara relokasi tanpa menggusur pedagang.

“Trotoar sepanjang Jalan Suryakencana dibersihkan, tetapi kuliner legend yang sudah berjualan puluhan tahun direlokasi ke tempat yang lebih layak. Alhamdulillah, setelah proses yang cukup lama mereka bersedia, Insya Allah akan lebih ramai lagi karena lebih nyaman, lebih bersih dan lebih sehat juga,” katanya usai meresmikan.

Setelah Teras Surken, kata Bima Arya masih ada 7 titik di Kota Bogor yang juga akan ditata. Demikian pula dengan Lawang Saketeng dan Pedati. 

Penerapan transaksi secara cashless (non tunai) menjadi literasi digital keuangan di Kota Bogor dan menjadi sesuatu yang pas serta relevan di tengah pandemi Covid-19 ini.

“Nantinya ketika belanja di Teras Surken, warga dibiasakan dengan transaksi secara cashless,” ujar Bima Arya. 

Bima mengatakan peresmian Teras Surken menjadi salah satu upaya Pemkot Bogor dalam rangka mendongkrak perekonomian di tengah pandemi Covid-19. Ke depan akan ada beberapa kawasan yang diperuntukkan bagi UMKM kerajinan.

“Saat ini tengah berproses dengan Kadin. Ada produk dekorasi rumah tangga yang akan kita garap dengan membangkitkan ekonomi lokal, ada wisata alam dan juga urban farming,” jelasnya. 

Kuliner legendaris yang ada yakno Toge Goreng Pak Raisan (1982), Cungkring Jumat (1975), Laksa Mang Wahyu (1955), Soto Mie Pak Buhaji (1974), RS Pala Pak Ujang (1949), Soto Bang Ali (1975), Soto Pak Yusuf (1982), Bir Kocok (1965), Asinan Jagung (1984), Rujak Ulek (1980) dan Nasi Kuning (1993).

“Bayangkan selama puluhan mereka konsisten jualan, ini luar biasa. Bagi mereka ini adalah babak baru, pertaruhan terbesar bagi kebutuhan mereka dan keputusan terbesar bagi karier mereka. Suryakencana bukan sekadar cerita tentang berdagang atau jualan. Ini adalah cerita inspirasi orang-orang hebat yang banyak sekali bertahan jualan disini,” tandas Bima.

Sumber: AyoBogor.com

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button