
DIFANEWS.COM – Deontay Wilder (43-42-1, 42 KO) pernah menyebut dirinya setengah manusia dengan pukulannya yang mematikan.
Ia merebut gelar kelas berat WBC setelah mengalahkan Bermane Stiverne dengan angka pada 17 Januari 2015. Setelah itu, 7 kali dia mempertahankan gelar dengan kemenangan KO beruntun, termasuk Luis Ortiz yang terhenti di ronde 10 pada 3 Maret 2018.
Setelah itu, dia berjumpa Tyson Fury di Staples Center, Los Angeles, 1 Desember 2018. Duel berakhir split draw. Artinya, dia belum kehilangan gelarnya.
Sepanjang 2019, Wilder dua kali naik ring. Menghentikan Dominic Breazeale ronde 1 dan menghentikan Ortiz ronde 7 dalam rematch di MGM Grand Garden Arena, Las Vegas.
Tapi, setengah manusia itu akhirnya harus mengakui kehebatan Tyson Fury pada 22 Februari 2020. Dia terhenti di ronde 7 setelah pelatih Mark Breland lempar handuk yang berbuntut pemecatannya.
Penasaran dengan kekalahan itu, rematch langsung pun digelar pada 9 Oktober 2021 di T-Mobile Arena. Kali ini, Wilder bertarung lebih baik. Tapi, tetap saja dia terhenti di ronde 11.
Ketika kemudian dia menghentikan Robert Helenius dengan KO ronde 1 pada 15 Oktober 2022 di New York, ada harapan Wilder bisa comeback untuk kembali jadi juara dunia.
Namun, nasib berkata lain. Bertarung dengan Joseph Parker di Kingdom Arena, Riyadh, 23 Desember 2023, Deontay Wilder jadi bulan-bulanan. Bronze Bomber seperti sudah kehilangan tajinya. Beruntung dia tidak kalah KO. Wilder kalah angka mutlak.
Tentu saja kekalahan itu belum menyurutkan ambisi Wilder untuk jadi juara dunia. Dan, sebagai duel pemanasan untuk mengejar duel perebutan gelar, dia bertarung dengan Zhang Zhilei pada 1 Juni 2024, juga di Kingdom Arena. Sayangnya, Zhilei secara brutal menghentikan Wilder di ronde 5.
Setelah itu, apakah ambisinya padam? Ternyata tidak. Wilder masih berharap bisa jadi juara dunia kelas berat kali kedua.
Kini, petinju Tuscaloosa, Alabama itu akan bertarung dengan Tyrrell Herndon di Charles Koch Arena, Wichita, 27 Juni 2025. Dia sepertinya berharap kemenangan atas Herndon akan menghapus stigma buruk atas dirinya. Bahwa dia masih bisa bersaing di level elite kelas berat.
Namun, alih-alih mendukunmg langkah Wilder untuk terus mengejar impiannya menjadi juara dunia, Teddy Atlas, mantan pelatih yang kini jadi analis tinju terkenal, menyarankan agar Wilder gantung sarung tinju.
Menurut Atlas, sudah saatnya Wilder pensiun setelah mengalami 4 kekalahan dalam 5 duel terakhir, tiga di antaranya dengan KO yang tentu saja berpengaruh terhadap fisik dan mentalnya.
Duel lawan Herndon sendiri jadi duel pertama Wilder sejak dihentikan Zhang Zhilei.
“Sepanjang Anda punya power, Anda punya kesempatan. Tapi, melihat duelnya dengan Zhang Zhilei, ia sudah kehilangan segalanya,” kata Atlas.
“Wilder kena hantaman begitu banyak dalam beberapa pertarungan terakhir. Cara dia mendapatkannya, seberapa bersih pukulan yang mendarat di tubuhnya, dan cara dia bereaksi atas semua pukulan itu, semuanya menusiawi,” beber Atlas.
“Lupakan pelatih, promotor, semuanya, hanya sebagai manusia biasa, saya khawatir bahwa dia masih akan bertarung.”
Posisi Wilder memang serbasulit dengan posisi dia seperti sekarang. Kalaupun dia bisa mengalahkan Herndon dengan cara yang brutal, dia takkan begitu saja mendapatkan duel perebutan gelar.
Saat ini, gelar kelas berat hanya digenggam dua pertinju, Oleksandr Usyk (WBA, WBC, dan WBO) dan Daniel Dubois (IBF).
Usyk dan Dubois akan bertarung pada 19 Juli. Pemenangnya sudah ditunggu tiga lawan wajib di tiga badan tinju berbeda. Belum lagi kemungkinan ada trilogi terutama jika Usyk kalah.
Jika Usyk menang, kemungkinan lawan berikutnya adalah Agit Kabayel, Joseph Parker, dan Derek Chisora.
Peluang Wilder akan lebih besar jika, misalnya, Usyk memilih bertarung dengan Jake Paul setelah mengalahkan Dubois. Jika Paul jadi pilihan, kemungkinan dia harus melepaskan sebagian besar gelarnya untuk diperebutkan masing-masing calon lawan wajib di atas.
Karena itu, seperti kata Teddy Atlas, pensiun buat Wilder justru jadi pilihan terbaik mengingat usianya juga sudah tidak muda lagi.***