Krisis Penurunan Jumlah Pesawat, Tantangan Berkelanjutan Bagi Penerbangan Indonesia Pasca-Pandemi
INDONESIA, difanews.com – Jumlah pesawat yang masih beroperasi di bandara-bandara Indonesia tetap terbatas, bahkan setelah pandemi berakhir. Situasi ini dapat dianggap sebagai “krisis penurunan jumlah pesawat,” karena banyak rute layanan yang tidak dapat dioperasikan secara efisien.
Kalangan maskapai memperkirakan kondisi ini masih akan terus berlanjut dalam waktu yang tidak singkat, setidaknya dalam setahun ke depan.
“Kemungkinan di akhir 2024 bersamaan dengan pulihnya industri penerbangan,” kata Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto kepada CNBC, Jumat (9/1/23).
Penyebab krisis jumlah pesawat karena lessor atau pemberi sewa yang menyediakan pesawat banyak menarik unitnya dari para maskapai di masa awal pandemi lalu. Kala itu, banyak maskapai penerbangan yang tengah kesulitan karena terbatasnya mobilitas masyarakat.
Persyaratan terbang yang cukup kompleks seperti tes antigen serta PCR juga menyulitkan. Akibatnya, pesawat kehilangan banyak penumpang. Bayu mengungkapkan bahwa perlu waktu untuk menarik kembali pesawat dari lessor. Situasi makin sulit karena kondisi keuangan maskapai belum stabil.
“Untuk penambahan pesawat-pesawat tambahan, baik baru atau bukan baru, kendalanya waktu tunggu deliverynya lama kalau 3-4 tahun, serta kondisi keuangan maskapai-maskapai yang belum sehat juga,” katanya kepada CNBC, Kamis (9/1/23).
Dengan keterbatasan yang ada, maskapai harus lebih bekerja keras dalam melayani penumpang. Pilihannya hanya satu, menggunakan unit pesawat yang tersedia agar bisa beroperasi maksimal.
“Ya hanya mengoptimalkan utilitarian pesawat yang ada dan menjadikan pesawat-pesawat yang grounded menjadi serviceable kembali,” kata Bayu.