JAKARTA, DIFANEWS – Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta, menjadi lokasi edukasi sejarah bagi para anggota Paskibraka Prabumulih 2025. Di tempat inilah peristiwa kelam dalam sejarah bangsa terjadi, ketika para Pahlawan Revolusi menjadi korban penculikan dan pembunuhan pada 30 September 1965.
Para peserta Paskibraka diajak menyusuri Kompleks Monumen Pancasila Sakti, termasuk lokasi sumur tua yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Dengan seksama, mereka mendengarkan penjelasan pemandu, Mayor Marinir Masnen, yang memaparkan kronologi peristiwa serta perjuangan para pahlawan dalam menjaga keutuhan negara.
Mayor Masnen menjelaskan bahwa peristiwa tersebut tidak hanya menewaskan tujuh perwira tinggi TNI Angkatan Darat, tetapi juga tiga prajurit lainnya yang kemudian turut ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi.
“Jadi sebenarnya bukan hanya tujuh jenderal saja yang menjadi korban. Ada tiga pahlawan lainnya yang juga gugur dalam peristiwa ini,” ujarnya saat memimpin tur edukasi sejarah.
Kepala Badan Kesbangpol Kota Prabumulih, Ahmad Daswan, S.Sos., M.Si., yang turut mendampingi rombongan, menegaskan bahwa kunjungan ini memiliki nilai penting bagi pembentukan karakter generasi muda.
“Kami ingin para Paskibraka memahami bahwa tugas mereka mengibarkan bendera pusaka bukan sekadar seremonial. Mereka harus mengenal sejarah bangsanya, termasuk pengorbanan para pahlawan yang menjaga ideologi Pancasila,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa edukasi sejarah seperti ini sangat diperlukan agar para pelajar memiliki wawasan kebangsaan yang kuat dan mampu menangkal paham-paham yang dapat mengancam persatuan.
Kunjungan ini diharapkan menjadi pengingat bagi generasi muda, khususnya para calon pengibar bendera pusaka, agar terus menanamkan nilai-nilai Pancasila, semangat kebangsaan, serta menghargai jasa para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raga untuk keutuhan bangsa.
