Ini Dugaan Penyebab Banjir Bandang di Kawasan Puncak, Bogor

Jakarta, difanews.com — Banjir bandang Cisarua yang memicu longsor di kawasan Puncak, Selasa (19/1/2020), diduga terjadi akibat jebolnya tanggul alam yang membendung aliran sungai Cisampay.
Kepala Bidang pencegahan dan kesiap-siagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Dede Armansyah mengatakan tanggul alami itu terbentuk dari bekas longsoran di Gunung Letik.
“Hujan turun dengan intensitas tinggi membuat genangan air tersebut turut meluap dan jadilah banjir bandang,” kata Dede kepada Tempo, Rabu (20/1/2021).
Dede mengatakan update assesmen hari kedua yang dilakukan BPBD Kabupaten Bogor mencatat longsor di kawasan Gunung Mas sudah berulang kali terjadi. Namun baru kali ini menyebabkan banjir besar yang menyapu empat rumah dan satu warung.
Banjir bandang di kawasan Puncak juga menghanyutkan satu jembatan dan dua lainnya rusak. Jalan penghubung antara Gunung Mas Puncak dan Kampung Rawa Dulang juga terputus.
“Beberapa fasilitas di Agrowisata Gunung Mas mengalami kerusakan,” kata Dede menjelaskan.
Kepala Desa Tugu Selatan M. Eko Windiana mengatakan penyebab utama banjir bandang di Rawa Dulang sebab tanggul alami yang terbuat dari material longsor terdahulu jebol setelah kawasan itu diguyur hujan lebat sejak Senin siang hingga Selasa pagi.
Eko menyebut ada kemungkinan banjir dan longsor itu juga dipengaruhi pembalakan hutan. “Kami belum bisa menduga, menunggu hasil kajian BIG. Di hutan sebelah Desa kami, kemungkinan ada illegal logging,” kata Eko.
Akibat banjir bandang Cisarua itu, 714 jiwa atau 180 KK terpaksa mengungsi.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan keprihatinannya dengan banjir bandang di Kampung Gunung Mas Blok C Rt 01,02,03/02,03 dan Kampung Rawa Dulang, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, itu.
“Dalam kesempatan ini juga saya merasa prihatin dengan kebencanaan di Cisarua, saya udah koordinasi dengan Bupati, sementara tidak ada korban, tapi kerusakan rumah-rumah,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Rabu (20/1).
Emil berharap ke depan, tingkat kebencanaan bisa berkurang. Karena, Covid-19 belum usai tapi bencana silih berganti seperti di Kalimantan Selatan, Sulawesi. “Saya titip waspada. Pemkot/pemkab mengevaluasi rumah di lahan berbahaya,” katanya.