Pesantren Sepakbola ala Bina Mutiara Bekasi

DIFANEWS.COM – Siang begitu terik di Kedung Waringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (24/7). Di bawah rerimbun daun pohon mangga, coach Aef Berlian tengah asyik kongkow dengan Supri, ‘agen pemain’ asal Medan.
Tak jauh dari situ, berdiri sebuah musholla sederhana. Ada juga sejumlah kendang kambing domba yang nampak kosong karena kambing-kambingnya tengah dilepas di alam untuk makan rumput.
“Kalau butuh daging, kadang-kadang saya potong kambing,” kata H. Firdaus, pendiri dan pemilik klub sepakbola Bina Mutiara di bawah Yayasan Remaja Masa Depan. “Kemarin saya baru potong 6 entog. Dagingnya untuk makan anak-anak.”
Di musholla itulah para pemain beribadah. “Kalau malam anak-anak belajar mengaji di situ. Ada 4 guru yang didatangkan,” beber H. Firdaus.
Di hadapan mereka, terhampar sebuah lapangan sepakbola yang nampak terawat dengan baik. Itu satu dari 2 lapangan yang dimiliki Bina Mutiara. Satunya berukuran internasional, satu lagi untuk mini soccer.
Di situlah coach Aef bersama sejumlah pelatih lain menggembleng para pemain yang tergabung dalam Remaja Masa Depan atau RMD yang didirikan H. Firdaus, 56 tahun, pada 2020-2021.
Masih di seputaran situ, berdiri kokoh sebuah bangunan bercat cokelat. Itu mess para pemain muda yang dibina di klub sepakbola Bina Mutiara. “Mess pemain itu saat ini menampung 60 pemain muda. Kapasitasnya bisa untuk 100-an pemain,” kata H. Firdaus.
Lalu, ada sebuah bangunan lagi yang tak lain merupakan bangunan sekolah SMAN 1 Tambun Selatan. Ada 6 ruang kelas. Resminya itu bagian dari SMAN 1 Tambun Selatan, salah satu sekolah favorit di Kota Bekasi. Yayasan RMD bekerja sama dengan pihak SMAN 1 dan mendirikan ruang kelas tak jauh dari lapangan.
“Ya disitulah anak-anak belajar, menuntut ilmu,” ujar Aef Berlian, pelatih yang menangani tim U17 dan kini sedang memimpin klasemen Liga Jakarta U17 Piala Gubernur 2025.
Jadi, begitu keluar dari Bina Mutiara, anak-anak dari Remaja Masa Depan ini sudah pandai bermain sepakbola, pandai mengaji, dan memiliki ijazah SMA untuk melanjutkan ke jenjang Pendidikan yang lebih tinggi. Ya seperti pesantrenlah.
BINA MUTIARA dan BATAVIA FC –Klub sepakbola usia muda itu diberi nama Bina Mutiara. Awalnya, H. Firdaus membeli sebuah klub sepakbola Batavia FC, namun belum memiliki badan usaha sendiri. Itu terjadi tahun 2020-2021.
Lalu, H Firdaus mengaku dihubungi pengusaha dan tokoh sepakbola I Gede Widiade yang punya sebuah CV untuk sepakbola namun belum memiliki klub sepakbola.
I Gede Widiade kemudian mengajak Firdaus untuk menyerahkan klub Batavia FC di bahwa CV miliknya dan Firdaus sendiri mendapatkan klub Bina Mutiara.
“Itu betul. Saya yang minta,” kata I Gede Widiade pada Minggu (27/7) di Pancoran Soccer Field. “Saya punya CV tapi belum punya klub, sementara Pak Firdaus punya klub tapi belum punya legalitas yang sah.”
“Pak Firdaus kemudian saya ikut bantu membuat badan usaha yang sah yang kini membawahi Bina Mutiara,” tambah I Gede Widiade.
Firdaus mengakui bahwa dia membeli klub Batavia FC, klub Liga 4 yang berkiprah di Askot Jakarta Utara, melalui Syamsul Bahri yang kini jadi Ketua Askot Jakarta Utara. Penjualnya adalah istri Pak Daeng karena Pak Daeng sudah meninggal dunia.
BERTUKAR KEPENGURUSAN – Sementara di sisi lain, ketika meminta dirinya menyerahkan Batavia FC, I Gede Widiade sebenarnya sudah punya klub Bina Mutiara, klub Liga 4 yang berkiprah di Askot Jakarta Pusat. Tapi, Gede, kata Firdaus, kurang suka dengan nama Bina Mutiara. Dia menginginkan nama Batavia FC yang sudah dipegang Firdaus.
“Akhirnya kami tukeran, tukeran pengurus,” kata Firdaus. Yayasan RMD sendiri berdiri sejak 2013.
Bina Mutiara, menurut H. Firdaus, saat ini membina pemain mulai usia U13 hingga U17. Tim yang terakhir ini tengah berlaga di Liga Jakarta U17 Piala Gubernur 2025.

Pembinaan pemain sendiri awalnya dilakukan Firdaus di Kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Namun, setelah dia membeli lahan di Kedung Kole, Kedung Waringin, di Kabupaten Bekasi, dia pun membangun dua lapangan sepakbola, salah satunya berstandar internasional.
Setelah infrastruktur beres, Firdaus memusatkan pembinaan pemain-pemain Bina Mutiara dari kawasan Bekasi. “Dulunya ini sawah, lalu saya bangun lapangan sepakbola,” kata Firdaus.
PEMAIN LUAR KOTA –Para pemain Bina Mutiara, menurut Firdaus, tentu saja tak cuma anak-anak dari Jakarta atau seputaran Bekasi, tapi juga banyak yang datang dari luar kota atau bahkan luar Jawa.
Supri, 48 tahun, salah satu orang yang kerap membawa pemain muda dari Medan, Sumatera Utara. Total anak-anak Medan yang sudah dibawanya ke Bekasi sekitar 30-40 orang.
“Di Medan kan tidak ada akademi sepakbola seperti di sini. Jadi, banyak orang tua yang mempercayakan saya membawa anak mereka ke H. Firdaus. Pak Haji juga sudah mempercayakan saya,” kata Supri.
Supri sendiri punya dua anak yang juga bermain sepakbola. Yang pertama Femas Crespo yang kibi sudah bermain di EPA Persija U20. Lalu ada Nabil Palermo yang bermain untuk RMD Bina Mutiara untuk U14.
MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT –Menurut Firdaus, RMD dengan klub sepakbola Bina Mutiara, didirikan untuk memberdayakan masyarakat, khususnya mereka yang kurang mampu. Firdaus ingin mengorbitkan pemain yang umumnya berasal dari kelas masyarakat kurang mampu.
“Mereka kan juga punya hak untuk maju, untuk jadi pemain sepakbola, untuk membela negaranya,” ujar Firdaus yang masih bertugas sebagai dosen Pendidikan Ekonomi di Universitas Pamulang. “Football for All.”
Untuk masuk menjadi pemain binaan di RMD, setiap siswa dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp 2 juta dengan bayaran Rp2,8 juta per bulan.,
Mahal? Silakan cari perbandingan jika Anda mau mendaftarkan anak Anda ke klub lain.
Di Bina Mutiara, biaya Rp2,8 juta per bulan itu sudah untuk all in. Sekolah, makan, laundry, bertanding, uji coba ke luar daerah, semuanya free. Bahkan, jika lapangan basah karena hujan, Bina Mutiara berlatih di tempat lain. Biaya sewa lapangan ditanggung manajemen tim.
ADA YANG GRATIS –Selain itu, untuk anak-anak yang kurang mampu, Firdaus menekan biaya pendaftaran dan bulanan. Bahkan ada yang gratis. “Saya datangi rumah mereka, saya cek kondisi mereka. Kalau memang anaknya bagus tapi tidak mampu, saya berikan keringanan sampai gratis,” ungkapnya.
Menurut Firdaus, dengan biaya pendaftaran dan uang bulanan segitu, dia tak mencari duit dari para pemain. “Break even point saja. Tidak untung, tidak nombok,” ujar Firdaus, sarjana S1 UI Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sejarah dan S2 Norwich City jurusan Social Work ini. “Saya seangkatan Nusron Wahid,” katanya soal kuliahnya di UI.
Hebatnya pembinaan di Bina Mutiara, salah satunya adalah benar-benar memperhatikan kebutuhan pemain. Untuk pemain U14, misalnya, Bina Mutiara mengirimkan makan siswa ke sekolah. Jadi, pulang sekolah mereka bisa langsung ke lapangan untuk bermain tanpa perlu dipusingkan dengan urusan perut.
PENDAFTARAN
- Biaya pendaftaran Rp2 juta
- Biaya bulanan Rp2,8 juta
FASILITAS
- Uji coba atau pertandingan ke luar kota semuanya ditanggung klub
- Sewa lapangan di luar saat hujan, tanpa pungutan biaya apa pun
SIAPA SAJA PELATIHNYA
- Aef Berlian, pelatih U17, pernah bermain di Pelita Jaya, Persisam Samarinda, Assyabaab Salim Group
- Margono, pelatih U14, pernah jadi kapten Persebaya Surabaya, Putra Mahakam, dan Assyabaab Salim Group
- Nanang Hidayat, pelatih kiper, pernah jadi kiper Arseto Solo, Arema Malang, dan Persisam
- Rizki Firdaus
- Mukhsin Alatas
FASILITAS LAPANGAN
- Ada dua lapangan rumput yang terawat dengan baik. Lapangan pertama berukuran standar 100 x 68m dan yang kedua berukuran 85 x 50m.
FASILITAS PENDIDIKAN
- Disediakan sekolah SMAN 1 Tambun Selatan, langsung menghadap ke lapangan bola karena RMD bekerja sama dengan institusi SMAN 1 Tambun Selatan. Ada 6 ruang kelas. Jadi, para pemain tak perlu keluar kompleks RMD untuk bersekolah.
FASILITAS IBADAH
- Ada sebuah musholla sederhana tempat anak-anak melaksanakan kewajiban shalat lima waktu. Pada malam hari disediakan guru mengaji. Para siswa diwajibkan belajar mengaji dari 5 ustadz yang didatangkan RMD.