News

QRIS, Karya Anak Bangsa yang Mengubah Wajah Pembayaran Dunia

DIFANEWS.COM – Ekonomi digital Indonesia lagi ngebut-ngebutnya. Sekarang termasuk yang tumbuh paling cepat di dunia. Semua ini bukan karena teknologi asing, melainkan sistem lokal buatan sendiri QRIS.

Sejak pertama kali diluncurkan tahun 2019, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) langsung jadi game changer. Ke semua kanal pembayaran digabung jadi satu kode nasional. Sekarang siapa pun bisa menerima pembayaran digital, mulai dari pedagang kaki lima sampai perusahaan besar.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, bahkan mengatakan QRIS bukan cuma alat bayar, tapi simbol kedaulatan sistem pembayaran Indonesia. Bukti kalau negeri ini bisa membuat ekosistem digitalnya sendiri, tanpa harus menunggu inovasi dari luar.

Dan hasilnya nyata. Berdasarkan data Bank Indonesia Semester I 2025, QRIS sudah digunakan oleh 57 juta pengguna dengan 39,3 juta merchant terdaftar. 93,16% di antaranya adalah UMKM. Artinya digitalisasi kita benar-benar tumbuh dari bawah, mulai rakyat kecil yang ikut bermain di ekonomi digital.

Nilai transaksinya pun bukan main. Dari sisi nilai transaksi, QRIS membukukan kinerja signifikan. Pada enam bulan pertama 2025, nilai transaksinya menembus Rp579 triliun, memperkuat perannya sebagai salah satu tulang punggung pembayaran digital nasional.

Inovasi lain seperti BI-FAST juga menambah kekuatan ekosistem pembayaran Indonesia. Dengan biaya transfer hanya Rp2.500 dan gratis untuk nominal tertentu sistem ini menjadikan Indonesia salah satu negara dengan infrastruktur pembayaran paling efisien menurut pengamat internasional.

Sekarang QRIS juga sudah bisa dipakai lintas negara. Sudah berjalan di Malaysia, Thailand, Singapura, dan Jepang. Bahkan ada fitur baru, QRIS “Tap In, Tap Out”, buat bayar transportasi umum cukup tap HP di gerbang—nggak perlu scan lagi.

“Hingga Semester I 2025, QRIS telah menjangkau 57 juta pengguna dan 39,3 juta merchant. QRIS adalah simbol kedaulatan ekonomi digital Indonesia.” Filianingsih Hendarta, Deputi Gubernur Bank Indonesia

Menurut proyeksi, nilai ekonomi digital Indonesia bisa tembus USD 400 miliar pada 2030, naik empat kali lipat dari USD 90 miliar di 2024. Semua didorong sama e-commerce, pembayaran digital, dan UMKM yang makin melek teknologi.

Kadang kita suka lupa, revolusi digital di Indonesia bukan lahir dari gedung tinggi seperti Silicon Valley, melainkan dari warung, pasar, dan trotoar. Seperti lagi lihat tukang es kelapa di pojokan udah pasang QRIS. Lo cuma bisa senyum. Aneh tapi bangga. Karena ternyata masa depan itu sudah datang, diam-diam, lewat tangan-tangan kecil yang nggak pernah kita sadari.

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button