Terdongkrak Sentimen Data Konsumen, Rupiah Diprediksi Menguat Hari Ini
JAKARTA, difanews.com — Nilai tukar rupiah diprediksi akan menguat ke kisaran Rp 14.230 hari ini, Rabu (9/6), dengan potensi pelemahan ke kisaran Rp 14.280 per dolar AS. Hal itu dipicu data survei tingkat keyakinan konsumen nasional dan indeks harga konsumen di Amerika Serikat (AS).
Pada pembukaan pasar spot hari ini, rupiah bergerak stagnan di level Rp 14.265 per dolar AS
Namun, mata uang Garuda melanjutkan penguatannya ke level Rp 14.252 per dolar AS setelah sesi pembukaan, lantaran suku bunga atau yield obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun menurun.
Bersamaan dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia terpantau menguat hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, yen Jepang naik 0,06%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Singapura 0,05%, yuan Tiongkok 0,06%, ringgit Malaysia 0,07%, dan baht Thailand 0,14%.
Sementara itu, pelemahan terjadi pada dolar Taiwan sebanyak 0,02%, won Korea Selatan 0,11%, peso Filipina 0,04%, dan rupee India 0,11%.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, saat ini yield surat utang Pemerintah AS tertekan di kisaran 1,53%, setelah pada perdagangan sebelumnya di level 1,57%.
“Kelihatannya pelaku pasar masih mengesampingkan kekhawatiran terhadap kenaikan inflasi di AS yang bisa mengubah kebijakan moneter menjadi lebih ketat,” ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (9/6).
Menurut dia, pasar menantikan data indikator inflasi AS, yakni indeks harga konsumen yang akan dirilis Kamis (10/8) malam.
Hasil data yang menunjukkan kenaikan inflasi berpotensi kembali mendorong kenaikan yield AS.
Dari dalam negeri, Ariston menilai pasar akan menantikan rilis data survei tingkat keyakinan konsumen untuk Mei oleh Bank Indonesia.
Jika rilis data menunjukkan peningkatan, sambungnya, hal itu bisa menjadi katalis positif untuk pergerakan rupiah hari ini.
“Data terlihat mengalami tren kenaikan sejak awal tahun ini dan sudah masuk tren optimis atau di atas angka 100 sejak bulan April lalu,” katanya.
Yield obligasi AS turun ke level terendah dalam lebih dari sebulan setelah sebuah laporan menunjukkan pemilik usaha kecil di Negeri Paman Sam masih kurang percaya diri saat ini.
Imbal hasil surat utang AS tenor 10 tahun turun 3,9 basis poin ke level 1,53% pada perdagangan sore kemarin, hampir mencapai titik rendah 1,51% pada 7 Mei 2021.
“Penurunan yield nampaknya didorong oleh rilis survei dari Federasi Nasional Bisnis Independen yang menunjukkan kepercayaan usaha kecil menurun pada bulan Mei untuk pertama kalinya dalam empat bulan,” kata Kepala Analis Pendapatan Tetap untuk Janney, Guy Lebas, Kamis (8/6) waktu setempat seperti dikutip dari Reuters.
Indeks optimisme Federasi Nasional Bisnis Independen turun 0,2 poin ke angka 99,6 pada Mei 2021 setelah tiga kali kenaikan bulanan berturut-turut. Lima dari 10 komponen indeks membaik, sementara tiga komponen turun, dan dua tidak berubah.
Hasil survei tersebut kemudian diperkuat oleh data Departemen Tenaga Kerja yang menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan AS melonjak hampir satu juta menjadi rekor tertinggi baru pada bulan April 2021.
Laporan itu memperkuat pandangan bahwa pertumbuhan pekerjaan terbatas baru-baru ini disebabkan oleh kendala pasokan tenaga kerja.