Bisnis

1 Tahun Pandemi Covid-19, Industri Tekstil Majalaya Megap-megap

Jakarta, difanews.com — Kondisi industri tekstil Majalaya, Kabupaten Bandung, semakin megap-megap dan tak jelas nasibnya setelah setahun pandemi Covid 19 melanda Indonesia. Kini para pengusaha dihadapkan dengan permasalahan baru, yaitu naiknya harga bahan baku hingga 30%.

Sejak pertengahan 2020, banyak di antara mereka berhenti beroperasi bahkan ada yang sudah gulung tikar karena bangkrut dan merumahkan ribuan karyawannya.

Beberapa lainnya masih berupaya bertahan, meski harus mengurangi jumlah pekerja dan jam kerja yang berdampak juga pada berkurangnya hasil produksi.

Menanggapi hal itu, Ketua Pertekstilan Majalaya Aep Hendar menyatakan, ada penyebab lain dari lesunya usaha tersebut. Di antaranya karena banjirnya bahan impor di Indonesia.

“Selain diberatkan adanya wabah, derasnya barang import dan adanya pusat logistik berikat milik Cina di Indonesia para pelaku IKM Majalaya juga dihadapkan dengan naiknya harga bahan baku yang mencapai 30% yang dirasa sangat memberatkan dan semakin sulit untuk bersaing dengan barang impor,” ujarnya, Selasa (16/3/2021).

Pantauan RRI di beberapa industri rumahan, mesin-mesin produksi Tekstil berukuran besar terlihat ‘menganggur’. Demikian juga dengan bahan dan hasil produksi, seperti kain polos dan sarung yang menumpuk di gudang. Produk tersebut tidak terserap konsumen, karena kalah bersaing dengan produk import terutama dari Tiongkok yang berharga murah dan kualitas lebih baik.

Pria yang kerap disapa Pa Haji itu meminta pemerintah, terutama  Kementerian Perindustrian bersinergi dengan Kementerian BUMN membantu dengan menggulirkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan jaminan mesin yang dibeli.

“Industri perumahan, otomotif ada subsidi,  tapi industri tekstil mana? nggak ada. Padahal Pak Presiden kan sudah menggulirkan cintai produk dalam negeri,” sindirAep.

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button