Ukraina Memperluas Serangan Balasan ke Wilayah Rusia
RUSIA, difanews.com – Kali ini, terlihat adanya perubahan dalam dinamika konflik antara Rusia dan Ukraina. Saat ini, Ukraina sedang melancarkan serangan balasan untuk menyerang pasukan Moskow yang berada di wilayah Donbass.
Serangan balik yang dilontarkan Kyiv ini telah melebar hingga masuk wilayah Rusia. Pekan lalu, enam titik Negeri Beruang Merah dibombardir drone pasukan Kyiv, termasuk lapangan terbang tempat mereka menghancurkan pesawat angkut militer.
Tak hanya itu, serangan terbaru juga menghantam wilayah Bryansk pada Kamis, (7/9/2023). CNN melaporkan Sistem pertahanan udara Rusia mencegat dua drone di wilayah barat daya kota itu.
Meski begitu, beberapa drone diantaranya jatuh dan menghantam pemukiman warga. Ini membuat sebagian mengeluh dan khawatir terkait keamanan negaranya.
“Saya merasakan kaca tiba-tiba bergetar, saya langsung keluar. Apa lagi yang harus saya lakukan,” kata salah seorang warga kepada wartawan CNN, Melissa Bell.
Serangan tersebut menjadi bagian dari rentetan peningkatan tajam jumlah kendaraan udara tak berawak, atau UAV, yang melakukan serangan dari Ukraina. Mereka menyerang Tengah dan Selatan Rusia serta ibu kota Moskow dan Krimea dalam beberapa pekan terakhir.
“Perang akan terjadi di Rusia. Ukraina menunjukkan bahwa hal ini dapat mempersulit hidup Rusia, Rusia, dan Putin,” tutur ahli strategi pasar negara berkembang di BlueBay Asset Management, Timothy Ash, mengomentari serangan ini, dikutip CNBC, Jumat pekan lalu.
Walau begitu, para analis mengatakan bahwa serangan tersebut tidak akan mengganggu stabilitas rezim Presiden Rusia Vladimir Putin kecuali jika serangan tersebut berdampak langsung pada elit.
“Semua serangan pesawat tak berawak ini memaksa Kementerian Pertahanan Rusia untuk mendistribusikan aset pertahanannya dalam jumlah terbatas lebih jauh ke Rusia, misalnya, memindahkannya dari garis depan ke Moskow dan lapangan terbang di wilayah Rusia yang diakui secara internasional,” Kirill Shamiev, seorang ilmuwan politik Rusia dan seorang peneliti tamu di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa.
“Hal ini sangat penting terutama untuk aset-aset yang jumlahnya terbatas seperti Pantsir, yang merupakan sistem (rudal anti-pesawat) yang bagus dan kuat di garis depan, tetapi sekarang mereka perlu membawa pulang sebagian dari aset tersebut.”