
DIFANEWS.COM – Generasi X tentu pernah mendengar nama Joe Bugner, petinju kelahiran Hongaria dan mencuatkan namanya sebagai petinju Inggris namun kemudian pindah ke Gold Coast, Australia, karena merasa lebih dihargai.
Bertarung dengan nama julukan Aussie Joe, wafat di Panti Jompo di Brisbane, Australia, 1 September dalam usia 75. Dia lahir di Szoreg, Hongaria, 13 Maret 1950.
Ia mengakhiri kariernya dengan menjadi juara dunia tertua di kelas berat, meski sabuknya itu kurang diakui dunia. Ya, Bugner menjadi juara WBF setelah menang TKO ronde 1 atas James Smith pada Juli 1998 di usia 48 tahun.
Di era kejayaannya, Joe Bugner dua kali bertarung dengan Muhammad Ali dan satu kali melawan Joe Frazier.
Bugner kalah angka dari Ali pada Februari 1973 di Las Vegas. Masih di tahun yang sama, Juli, dia kembali kalah angka dari Joe Frazier. Dalam rematch Juli 1975 di Kuala Lumpur, Bugner kalah angka lagi. Rekor tarungnya 83 kali naik ring dengan 69 kali menang, 13 kali kalah, menang diskualifikasi 2 kali, dan 1 kali draw.
Rambutnya yang pirang, gaya bicaranya yang berani, dan keunggulannya dalam bertarung membuat namanya menjadi terkenal di Inggris pada 1970-an. Namun, ia merasa tidak pernah dimaafkan karena mengakhiri karier jagoan Inggris, Henry Cooper, pada Maret 1971 di London dan karenanya dia beremigrasi ke Australia.
Setelah pindah ke Australia pada 1986, ia beberapa kali kembali berkarier, sebagiannya dimotivasi oleh masalah keuangan setelah investasi kebun anggurnya gagal.
Ia menjadi juara kelas berat Australia pada 1995, kemudian mengalahkan James ‘Bonecrusher’ Smith untuk memenangkan gelar Federasi Tinju Dunia (BWF) pada usia 48 tiga tahun kemudian.
Ia juga tampil dalam film laga-thriller tahun 1994 Street Fighter bersama Jean-Claude Van Damme dan Kylie Minogue, dan menjadi kontestan dalam acara televisi ‘I’m A Celebrity…Get Me Out Of Here’ pada tahun 2009.
Lahir dengan nama Jozsef Kreul Bugner di Szoreg, Selatan Hongaria, pada 13 Maret 1950, ia meninggalkan empat saudaranya di usia enam tahun setelah invasi Uni Soviet pada 1956. Ibunya, Margaret sebagai orang tua tunggal, membawa mereka pergi dengan bus ke Yugoslavia dan berjalan-jalan di hutan pada malam hari.
Menetap sebagai pengungsi di Inggris, ia menggeluti olahraga tinju di sekolah dan menjadi petinju profesional pada usia 17.
Kalah KO ronde 3 dalam duel debutnya melawan pengemudi bus Paul Brown, ia kemudian memenangkan 31 dari 33 kali naik ring sebelum mengalahkan Cooper dengan angka pada 1971.
Bertahun-tahun kemudian, Bugner berujar: “Andai saja aku tak pernah bertarung dengan Henry Cooper. Pertarungan itu membuatku diusir dari Inggris. Di mata pers, aku hanyalah pengungsi yang datang ke Inggris dan meraup untung besar dengan memukuli orang.”
Wajah dan tubuhnya yang kekar ditambah pendekatan bertahan yang sangat bergantung pada pukulan jab yang kuat membuat penulis olahraga Hugh McIlvanney mengatakan bahwa Bugner memiliki “fisik seperti patung Yunani tetapi dengan gerakan yang lebih sedikit”.
Setelah bertarung dengan Ali di Kuala Lumpur, Ali memuji penampilan Bugner yang bisa bertahan sepanjang 15 ronde tanpa jatuh. “Lihat Bugner. Dia akan jadi jura dunia beberapa tahun lagi.”
Pujian itu tak terbukti. Tapi, setidaknya, Bugner telah berjuang keras untuk terus bertarung hingga terakhir dia menang diskualifikasi ronde 9 atas Levi Billups pada Juni 1999.
Pada 1995, ia kembali dari masa pensiunnya untuk mengalahkan Vince Cervi di Carrara dan memenangkan gelar Australia. Tahun berikutnya, ia mengalahkan Young Haumona untuk gelar Pasifik dan Australasia.
Ia merebut kembali gelar Australia yang telah direbutnya pada 1997, mengalahkan Colin Wilson, dan mempertahankan kedua gelar tersebut pada 1998 sebelum pensiun untuk selamanya pada 1999.
Bugner menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di panti jompo di Brisbane setelah didiagnosis menderita demensia. Ia meninggalkan tiga orang anak: James, Joe Jr., dan Amy.
Selamat jalan, Joe.***