Secercah Harapan dari Pinang Banjar: Mahasiswa FISIP UNSRI Bawa Inovasi bagi Pekebun Nanas

MUARA ENIM, DIFANEWS – Sabtu pagi, 13 September 2025, balai desa Pinang Banjar tampak berbeda dari biasanya. Hiruk pikuk warga bercampur dengan semangat muda para mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sriwijaya (UNSRI) yang datang membawa sebuah misi: menyalakan harapan baru bagi pekebun nanas lewat Program Kerja Nyata (PKN): Cogito Cerdas Sosial 2025.
Bagi sebagian orang, kegiatan pengabdian masyarakat hanyalah agenda rutin mahasiswa. Namun bagi warga Desa Pinang Banjar, terutama para pekebun nanas yang menggantungkan hidup dari tanah dan keringat mereka, program ini terasa seperti angin segar.
“Selama ini kami tidak tahu limbah nanas bisa jadi pupuk. Ternyata bukan hanya dibuang, bisa diolah lagi. Hari ini kami belajar langsung,” ungkap Weli (50), seorang pekebun yang ikut sesi tanya jawab dengan mata berbinar.
Menjawab Keresahan Pekebun
Tanaman nanas yang menjadi ikon Muara Enim tak lepas dari tantangan. Penyakit layu, serangan hama, hingga rendahnya produktivitas menjadi momok tersendiri. Melihat kondisi itu, para mahasiswa FISIP UNSRI tidak datang sekadar dengan teori, melainkan juga membawa solusi praktis.
Muhammad Garib Ramadhan, Direktur Utama BO Cogito FISIP UNSRI, dalam sambutannya menekankan bahwa kegiatan ini lahir dari semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi: pengabdian masyarakat, penelitian, dan pendidikan.
“Kami ingin ilmu yang kami pelajari tidak berhenti di kelas, tapi bisa menjawab kebutuhan nyata masyarakat. Salah satunya, bagaimana mengelola kebun nanas agar tetap produktif dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Inspirasi dari Alumni, Kolaborasi Lintas Generasi
Momen ini semakin istimewa ketika Titi Tricahyati, S.P., M.Si., seorang alumni UNSRI sekaligus dosen pertanian, hadir memberikan materi. Ia bersama Arsi, S.P., M.Si., mendemonstrasikan bagaimana limbah nanas bisa diubah menjadi pupuk organik yang murah dan bermanfaat.
“Pekebun bukan hanya harus pintar menanam, tapi juga harus bisa mengelola hasil sampingan. Limbah jangan jadi masalah, tapi harus jadi berkah,” tutur Titi penuh semangat.
Kehadirannya menjadi pengingat bahwa ilmu bisa menghubungkan generasi – dari kampus ke desa, dari alumni ke petani, dari teori ke praktik.
Harapan yang Tumbuh Bersama
Kepala Desa Pinang Banjar, Marzuan, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. “Kami sangat berterima kasih kepada UNSRI. Semoga penyuluhan ini bisa meningkatkan kesejahteraan petani nanas kami,” katanya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana PKN, Siti Aysiah, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seremonial. “Kami berharap dampaknya berkelanjutan. Bukan hanya sekali hadir, tapi meninggalkan manfaat nyata bagi warga Pinang Banjar,” ujarnya.
Jejak Positif di Desa Nanas
Hari itu, ilmu pengetahuan tak lagi terasa jauh dari kehidupan pekebun. Diskusi sederhana, demonstrasi pengolahan pupuk, hingga percakapan akrab antara mahasiswa dan warga menghadirkan suasana hangat yang sulit dilupakan.
“Bagi kami, ini bukan hanya tentang nanas. Ini tentang harapan,” ucap seorang warga dengan senyum.
Dengan semangat kolaborasi, Cogito Cerdas Sosial 2025 membuktikan bahwa mahasiswa bisa menjadi jembatan perubahan. Dari Desa Pinang Banjar, sebuah pesan lahir: ketika ilmu bertemu dengan kebutuhan masyarakat, di sanalah masa depan yang lebih baik mulai tumbuh. (ril)