Laba Saudi Aramco Sepanjang 2018 Kalahkan Apple, Facebook, & Alphabet
Saudi Aramco meraup laba 111 miliar dolar AS pada 2018, hampir dua kali lipat dari laba Apple tahun yang sama, 59,53 miliar dolar AS.
JAKARTA, DIFANEWS.com — Saudi Aramco, BUMN minyak Arab Saudi, jadi perusahaan yang mencatat keuntungan paling besar di dunia, jauh melampaui perusahaan-perusahaan raksasa seperti Apple, Facebook, dan perusahaan induk Google, Alphabet.
Dikutip dari CNBC Selasa (2/4), BUMN minyak Arab Saudi ini meraup laba 111 miliar dolar AS pada 2018, hampir dua kali lipat dari laba Apple tahun yang sama, 59,53 miliar dolar AS.
Jumlah itu juga masih lebih besar dibandingkan penggabungan laba empat perusahaan, yakni JP Morgan Chase, Aphabet, Facebook, dan Exxon Mobile. Menurut Factset, total penggabungan laba keempat perusahaan itu mencapai 106 miliar dolar AS atau masih di bawah laba Aramco.
Namun, meski mencatatkan laba terbesar, dari segi rating kredit masih di bawah perusahaan-perusahaan di atas. Pasalnya, Aramco terlalu bergantung pada kondisi perekonomian negara Arab Saudi yang justru bisa menjadi bumerang bagi perusahaan tersebut ke depan.
Moody’s memberikan peringkat kredit A1 untuk Aramco. Sementara perusahaan seperti Chevron dan Exxon Mobile mendapat peringkat kredit lebih tinggi, masing-masing Aa2 dan Aaa.
“Keterkaitan kredit Aramco dengan pemerintah Arab Saudi signifikan dan membuat kami memutuskan untuk membatasi peringkat Aramco dengan peringkat pemerintah,” ujar senior credit officer di Moody’s, Rehan Akbar.
“Meskipun ada rekam jejak yang jelas tentang Aramco dijalankan sebagai perusahaan yang independen secara komersial, anggaran pemerintah sangat bergantung pada kontribusi Aramco, baik dalam bentuk royalti, pajak, maupun dividen,” katanya.
Sementara itu, lembaga pemeringkat Fitch Rating pada Senin (1/4) menyatakan sepanjang tahun lalu Aramco membukukan laba sebelum pajak sebesar 224 miliar dolar AS atau setara Rp3.186 triliun.
Namun, Fitch memberikan peringkat kredit A+ dengan prospek stabil karena sebagian besar pendapatan mereka diambil negara guna membiayai pengeluaran yang terus meningkat.
Peringkat utang tersebut diberikan ketika raksasa minyak negara itu bersiap untuk menjual obligasi guna membantu pemerintah Arab Saudi membiayai pembelian saham mayoritas petrokimia Saudi Basic Industries Corp (SABIC).
Fitch berharap dengan torehan laba tersebut, Aramco, yang memiliki banyak arus kas dan utang rendah, bisa semakin membiayai kesepakatan SABIC terutama melalui arus kas bebasnya.
Apalagi, pada Kamis pekan lalu, Aramco menyatakan telah membeli 70 persen saham di SABIC senilai 69,1 miliar dolar AS.