Life StyleSports

3 Juni Ditetapkan sebagai Hari Muhammad Ali

JAKARTA, DIFANEWS.com – Tepat tiga tahun setelah kepergian Muhammad Ali untuk selamanya di pinggiran Kota Phonix, kota angkatnya itu (adopted hometown) menetapkan 3 Juni sebagai Hari Muhammad Ali.

“Ali memiliki pukulan bagus,” kata Earnie Shavers, mantan petinju seangkatan Ali. “Ia punya pukulan lebih baik dibandingkan siapa pun yang pernah saya hadapi.”

Tapi, kita juga harus bersuka-ria dalam kesopanan.

 “Ali adalah pria paling baik yang mungkin ingin Anda jumpai,” tambah Shavers. “Ia menolong begitu banyak orang. Saya salah satunya. Ia sangat bersahabat dan sangat baik. Ia memiliki hati yang luar biasa.”

 “Ia adalah pria yang mencintai orang-orang dan memiliki hubungan yang luar biasa dengan banyak orang. Ia hanya mencintai orang. … Seringkali, pihak keamanan berusaha menjauhkan orang darinya. Muhammad akan berbalik dan mulai melambaikan tangan dan memeluk serta merangkul mereka,” kata tokoh filantropis Jimmy Walker tentang Ali, sahabat lamanya.

Jika Anda ingin menjalani hidup dengan cara yang lebih baik, “ia bisa menjadi contoh,” tambah Walker.

 “Itulah yang terpenting. Orang bisa bicara tentang siapa mereka, tapi tanpa melihat apa yang mereka lakukan dalam kehidupan, yang biasanya berupa cinta, kedamaian, kesabaran, dan kebaikan. Kebaikan haris menjadi nama tengahnya.”

Kita harus mengingatnya sebagai seorang petarung dan memikirkan orang lain yang bertarung.

 “Bukan cuma bertarung di tinju, tapi juga penyakit,” ujar Linda Hunt, Presiden dan CEO Dignity Health di Arizona. “Berjuang keras untuk tetap sebagai pribadi yang diinginkannya dan bukan pribadi yang dikuasai oleh penyakit.”

Ali punya rasa humor tinggi. Mungkin ini bisa menjadi hari untuk tertawa?

 “Ia biasa memanggil saya ‘the Acorn’ (biji pohon ek) karena kepala botak saya,” kenang Shavers, yang bertarung 15 ronde melawan Ali pada 1977. “Setelah pertarungan, ia bilang, ‘ia kacang keras yang sulit digigit.”

Salah satu alasan menciptakan Hari Muhammad Ali dan mengganti nama bagian dari West Merrell Street untuk menghormati ‘The Greatest’ pada tahun ketiga kematiannya  tak lain untuk membangun kesadaran bagi penelitian Parkinson.

Penyakit ini bersifat progresif dan belum ada obatnya. Dibutuhkan lebih dari sekadar kesadaran untuk membuat kehidupan orang lebih baik, khususnya bagi penderita yang tak diasuransikan.

Hari Muhammad Ali juga dimaksudkan untuk mengenang hari-hari kebersamaan dirinya dengan orang lain, di mana ia selalu disibukkan dengan upaya membantu orang lain.

 “Saya tahu ia di sini,” kata Lonnie Ali, janda almarhum Ali. “Saya tahu ia bangga.”

Ali lahir di Louisville, Kentucky, 17 Januari 1942, dan wafat di Scottsdale, Phoenix, Arizona, 3 Juni 2016. Ia dimakamkan di Cave Hill Cemetery, Louisville.

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button