Jakarta, difanews.com — Cerita Dendi Sopandi (41) adalah cerita orang yang terdampak hebat oleh pandemi Covid-19. Tiba-tiba saja ia harus kehilangan pekerjaan sebagai sales di salah satu perusahaan otomotif yang dijalani selama tiga tahun terakhir.
Pada Juli 2020 lalu, Dendi menerima surat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Sempat terkejut, Dendi berusaha menerima kenyataan mengingat situasi pandemi yang melumpuhkan segalanya.
“Saya dapat uang pesangon. Awalnya saya bingung uang ini akan dikemanakan, akan dibuat apa supaya tidak cepat habis,” ujarnya kepada Ayobandung.com, Sabtu (18/12/2020).
Suatu hari sang istri pulang dari pasar menggunakan masker kain. Dendi tertarik dengan keunikan masker kain bermotif tersebut.
Sebelumnya tidak ada tebersit sedikit pun ide Dendi untuk memulai usaha masker kain. Ia dan istri bahkan sudah berencana membuka warung masakan di depan rumahnya.
Dendi mulai memberanikan diri mencoba peruntungannya di dunia bisnis. Sebagian uang pesangon yang ia dapat digunakan untuk modal awal pembuatan masker kain bermotif.
“Ya bismillah aja, saya juga kan gak paham banget bisnis. Jadi awalnya sempat ragu, tapi alhamdulillah ada jalannya,” ucap Dendi.
Saat ini Dendi telah memiliki toko berukuran sedang di Cigondewah, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung. Ia juga telah memiliki mesin pemotong kain berukuran besar.
“Alhamdulillah setelah kena PHK saya sekarang jadi buka usaha masker. Apa-apa susah saat pandemi ini. Gak kerasa udah hampir 5 bulan saya usaha masker ini,” katanya.
Penghasilan Dendi sebagai produsen masker kain terbilang cukup fantatis. Ia mengaku pendapatannya saat ini 2 kali lipat dari upah saat jadi sales motor.
“Kalo sekarang omset sebulannya bisa hampir Rp 10 juta, tapi tergantung pemesanannya. Kan kita kirim-kirim juga ke Jakarta lalu ke luar Jawa juga ada. Namanya juga usaha kadang di atas, kadang di bawah,” ujarnya.
Dendi memiliki tiga orang pegawai. Semuanya adik perempuan sang istri yang memiliki kemampuan di bidang garmen.
“Dulu mereka kerja di pabrik garmen. Ya setidaknya mereka punya dasar di bidang garmen. Saya dan istri juga ikut turun tangan,” tuturnya.
Dalam sehari, Dendi bisa memproduksi 1.000 masker kain bermotif. Masker yang diproduksi dikirim ke berbagai wilayah Indonesia.
Di toko milik Dendi, pembeli terlebih dahulu dipersilakan untuk memilih jenis kain. Harga setiap kain berbeda-beda tergantung kualitasnya.
“Untuk yang senasib dengan saya, ya jangan putus asa karena kesempatan di depan masih terbuka lebar asalkan kita mau usaha. Kalau dipikir-pikir saya punya anak dua masa iya saya nganggur. Nanti anak makan apa,” ujar Dendi.
Imas Purwati (56) mengaku memesan 300 buah masker kain di toko milik Dendi. Ia berencana membagikannya ke rekan-rekan kantornya.
“Ini saya beli yang motif batik dan motif salur. Harga satuanya ini Rp 15 ribu, tapi karena saya beli banyak jadi dapat diskon jadi Rp 12 ribu per buah. Ya tidak masalah sedikit lebih mahal, yang penting kita sehat pakai masker di pandemi saat ini,” jelasnya.
Imas menuturkan, kain yang digunakan Dendi memiliki tekstur lembut dan tidak kaku. Terlebih, Imas sangat menyukai masker motif batik.
“Kainnya lembut dan tidak kaku. Jadi ga engap dan ga sakit juga di wajah. Enak adem saat dipakai juga,” katanya.
Imas sangat peduli dengan kesehatannya. Ia juga berharap agar pandemi dapat segera berlalu.