JAKARTA, difanews.com — Teddy Atlas, mantan pelatih tinju yang kini lebih fokus berperan sebagai pengamat, menyebut Saul Canelo Alvarez (59-2-2, 39 KO) sudah payah di usia 32.
Canelo yang masih menyandang juara undisputed kelas menengah super, terakhir menang angka mutlak atas John Ryder (32-6-0, 18 KO) di Meksiko, 6 Mei 2023.
Kemenangan itu diraih Canelo 8 bulan sejak ia menang angka dalam trilogi dengan Gennady Golovkin, September 2022.
Mei 2022, Canelo naik ke kelas berat ringan dan menantang juara WBA Dmitry Bivol. Canelo kalah angka ketika 3 juri memberinya kemenangan sebanyak 5 ronde. Canelo gagal mencetak sejarah besar setelah pada November 2019 menjadi juara kelas berat ringan WBO dengan kemenangan KO ronde 11 atas Sergey Kovalev.
Dari 3 pertarungan yang 2 di antaranya dimenangkan dengan angka (dan 1 kali kalah), menunjukkan bahwa Canelo Alvarez sudah payah, sudah menurun. Bagi Teddy Atlas, di usia 32 Canelo sudah berada di etape terakhir kariernya.
“Canelo sedang menurun. Ia menurun,” kata Atlas, dilansir ringnews24.com dari podkas The Last Stand.
“Di duel dengan GGG [Gennady Golovkin] saya kira ia sudah menunjukkan bahwa ia menurun melawan petinju sangat tua. Seorang petarung tua hebat, tapi GGG seorang tua –ia menunjukkan menurun.”
Ketika bertarung dengan Golovkin, usia Golovkin sudah 40 sementara Canelo masih 32.
Lalu, ketika bertarung dengan John Ryder, petinju kidal berusia 34, Ryder bisa dikatakan bukan siapa-siapa di hadapan Canelo. Tapi, nyatanya Canelo gagal menghentikan Ryder sebelum ronde 12 berakkhir.
Ryder tampil gagah berani bahkan di kandang Canelo dan memaksa petinju Meksiko itu hanya bisa menang angka.
“Dia melontarkan satu pukulan pada satu waktu, dia tidak pernah secepat itu dengan kakinya, tetapi sekarang dia bahkan lebih lambat dalam menutup celah. Dia tidak melakukan sebanyak yang biasa dia lakukan, dia tidak melakukan pukulan bersama, dia tidak banyak melakukan pukulan counter dan dia tidak terlalu sering mendikte lawan.”
“Kinerjanya telah turun, itu pertanda semakin tua, dia tidak menyelesaikan seperti dulu, dia tidak mengejar lawan ketika dia bisa, dia membiarkan lawan bertahan. Ini menunjukkan kepada saya kemunduran tidak hanya secara fisik tetapi juga emosional dan mental. Urgensinya sudah hilang, sudah tidak ada lagi, sudah berlalu.”
Ibarat kendaraan, jarak tempuh di odometer Canelo sudah terlalu banyak. Dia menjadi petinju pro pada usia 15 tahun dan telah bertinju secara profesional selama 17 tahun. Pertarungan gelar dunia pertamanya adalah 12 tahun lalu dan dia telah bertarung dalam 22 duel perebutan gelar yang luar biasa, memenangkan gelar dunia di empat kelas berbeda.
Kini, Canelo Alvarez menegaskan dia ingin membalas kekalahannya dari Dmitry Bivol pada September 2023.
Ini duel yang bisa makin berat buat Canelo. Bivol, juga berusia 32 tahun, tetapi ia nampak lebih bugar.
Duel ini sepertinya akan sulit dilaksanakan karena Bivol hanya mau rematch di kelas menengah super, sementara Canelo mau di kelas berat ringan seperti duel pertama.
Bisa dimengerti jika Canelo ngotot duel di kelas berat ringan karena risikonya jauh lebih kecil. Jika kalah, dia takkan kehilangan gelarnya satu pun. Sebaliknya, jika menang, ia akan mencetak sejarah besar.***