JAKARTA, difanews.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menyatakan status kedaruratan global COVID-19 berakhir seiring dengan tren kasus dan kematian menurun signifikan di hampir seluruh negara. Selama wabah, ada 6,9 juta orang tewas usai tertular COVID-19.
Pertemuan mengenai dicabutnya status kedaruratan COVID-19 dibahas Kamis (4/5), dengan rekomendasi PBB mendeklarasikan berakhirnya krisis virus Corona sebagai darurat kesehatan yang menjadi perhatian internasional atau PHEIC. Itu adalah tingkat kewaspadaan tertinggi.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Dirjen WHO, mempersilakan warga menjalani hidup normal seperti sebelum COVID-19.
“Tren ini telah memungkinkan sebagian besar negara hidup kembali seperti sebelum COVID,” kata Ghebreyesus, meski menekankan risiko penularan virus masih tetap ada.
Pencabutan status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) ini sekaligus menjadi momen emosional dengan mengingat kilas balik bagaimana pandemi COVID-19 membuat banyak orang bahkan dokter pontang-panting.
“Kita tidak bisa melupakan tumpukan api itu. Kita tidak bisa melupakan kuburan yang digali. Tak satu pun dari kita yang melupakan mereka,” kata pimpinan teknis WHO untuk COVID-19 Maria Van Kerkhove.
Tingkat kematian akibat COVID melambat dari puncaknya lebih dari 100.000 orang per pekan pada Januari 2021 menjadi lebih dari 3.500 dalam sepekan hingga 24 April 2023. Menurut data WHO, ini terjadi berkat vaksinasi meluas, ketersediaan perawatan lebih baik, dan tingkat kekebalan populasi dari infeksi sebelumnya.
Mengakhiri keadaan darurat dapat berarti bahwa kolaborasi internasional atau upaya pendanaan juga diakhiri atau mengalihkan fokus, meskipun banyak yang sudah beradaptasi saat pandemi mereda di berbagai daerah.
“Pertempuran belum berakhir. Kami masih memiliki kelemahan dan kelemahan yang masih ada di sistem kami akan terpapar oleh virus ini atau virus lain. Dan itu perlu diperbaiki,” kata direktur kedaruratan WHO Michael Ryan.
Tahun lalu, Presiden AS Joe Biden mengatakan pandemi telah berakhir. Seperti sejumlah negara lain, ekonomi terbesar dunia itu mulai membongkar keadaan darurat domestiknya untuk COVID, yang secara resmi berakhir 11 Mei 2022, yang berarti akan berhenti membayar vaksin dan pengujian untuk banyak orang dan mengalihkan tanggung jawab ke pasar komersial.
Eropa Union juga mengatakan pada April 2022, fase darurat pandemi berakhir, dan negara lain mengambil langkah serupa.
Deklarasi WHO datang 4 bulan setelah Cina mengakhiri pembatasan COVID parah berkepanjangan dan dirusak lonjakan kasus. Keputusan itu juga menunjukkan, penasihat WHO percaya varian baru virus corona yang lebih berbahaya tidak mungkin muncul dalam beberapa bulan mendatang, meskipun virusnya tetap tidak dapat diprediksi.
“Saya tidak ragu untuk mengadakan komite darurat lain jika COVID-19 kembali menempatkan dunia dalam bahaya,” kata kepala WHO Ghebreyesus, dikutip dari detikHEALTH.
Di banyak bagian dunia, angka testing telah berkurang secara dramatis, dan sebagian besar orang berhenti memakai masker. Di beberapa negara, aturan wajib pemakaian masker distop. WHO menerbitkan rencana pekan ini untuk memberi nasihat kepada negara-negara tentang cara hidup dengan COVID-19 ke depan.
COVID akan terus menantang sistem kesehatan di seluruh dunia dalam jangka panjang, termasuk Long COVID, kata pakar penyakit menular.
“Tidak seorang pun boleh menganggap (ini) berarti COVID-19 tidak lagi menjadi masalah,” kata Mark Woolhouse, seorang ahli epidemiologi di Universitas Edinburgh.
“Ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan dan tampaknya akan tetap menjadi masalah di masa mendatang. masa depan.”