
DIFANEWS.COM – Terlepas dari banyak kontroversi, dunia sepakat hanya ada satu The Greatest. Dialah Muhammad Ali. Tapi, tidak dengan Evander Holyfield (44-10-2, 29 KO).
Era kejayaan Muhammad Ali sendiri dimulai tahun 1960 ketika dia merebut medali emas Olimpiade Roma 1960.
Empat tahun kemudian dia menantang juara dunia Sonny Liston dan menghentikannya di ronde 6 pada pertarungan di Miami Beach, Februari 1964. Ali pun merebut gelar kelas berat WBA, WBC, NYSAC, dan The Ring –bisa dikatakan Ali saat itu jadi juara tak terbantahkan kelas berat.
Dalam rematch langsung Mei 1965, Ali menang KO ronde 1.
Ali kemudian sukses mempertahankan sabuk gelarnya dalam beberapa tahun sampai kemudian, tahun 1967, dia dipaksa istirahat tak boleh bertarung selama 3 tahun karena menolak wajib militer untuk berperang di Vietnam.
Ia kembali bertarung pada 1970. Sempat kalah dari Joe Frazier dan Ken Norton, ia secara sensasional merebut kembali gelar kelas berat setelah mengalahkan George Foreman di Kinshasa, Zaire, dalam pentas Rumble in the Jungle pada Oktober 1974. Ia juara kelas berat kali kedua, merebut sabuk WBA dan WBC serta The Ring.
Lalu, untuk kali ketiga, Ali kembali jadi juara dunia setelah mengalahkan Leon Spinks dengan angka pada September 1975, menjadi juara kelas berat WBA dan The Ring.
Terlepas dari warsannya yang istimewa itu, ada satu petinju yang merasa dirinya lebih hebat, bahkan layak ditempatkan di atas Muhammad Ali. Dialah Evander Holyfield karena dia empat kali jadi juara dunia. Ini rinciannya:
- Juara kelas berat WBA, WBC, dan IBF, mengalahkan Buster Douglas pada Oktober 1990 di The Mirage, Las Vegas
- Juara kelas berat WBA dan IBF, menang angka mayoritas dalam rematch dengan Riddick Bowe pada November 1993 di Caesars Palace, Las Vegas
- Juara kelas berat WBA, menang TKO ronde 11 atas Mike Tyson pada November 1996 di MGM Grand Garden Arena, Las Vegas
- Juara kelas berat WBA yang lowong, menang angka atas John Ruiz pada Agustus 2000 di Paris Las Vegas, Las Vegas
Jadi, seperti dikatakannya kepada Seconds Out, dia layak ditempatkan di atas mendiang Muhammad Ali.
“Saya satu-satunya juara kelas berat 4 kali, namun mereka masih saja bicara soal Ali padahal saya memecahkan rekornya. Saya satu-satunya juara dunia 4 kali kelas berat selama 24 tahun,” beber Holyfield.
“Bagaimana Anda menyingkirkan seseorang dari sejarah? Saya bahkan tidak tahu saya orang pertama sebagai juara tak terbantahkan dalam dua divisi berat, sampai [Oleksandr] Usyk melakukannya. Mereka terus mengatakan Ali adalah petarung terbaik, bukan saya. Dia tiga kali, saya empat kali.”
Salah satu duel terkeras Holyfield adalah ketika dia menang angka atas Dwight Muhammad Qawi pada 1986 untuk merebut gelar kelas penjelajah WBA.
Ia kemudian menjadi juara tak terbantahkan di era 3 sabuk gelar setelah merebut sabuk WBC kelas penjelajah dengan kemenangan TKO ronde 8 atas Carlos de Leon pada April 1988. Sebelumnya, dia mengantongi sabuk IBF dengan menang TKO ronde 3 atas Ricky Parkey.
Setelah pindah ke kelas berat, Holyfield menghentikan Buster Douglas, menang angka atas George Foreman pada 1991, dan Riddick Bowe dalam rematch 1993.
Reputasi terhebat Holyfield adalah ketika dia menghentikan Mike Tyson pada 1996 pada ronde 11. Kemenangan itulah yang membuatnya menjadi salah satu petarung terhebat dunia sepanjang masa.
Selain menjadi juara dunia empat kali di kelas berat, Holyfield juga merupakan petarung pertama dalam sejarah tinju yang memenangkan gelar tak terbantahkan di kelas penjelajah dan kelas berat [era 3 sabuk], sebuah rekor yang baru disamai oleh Oleksandr Usyk di era 4 gelar, Mei lalu, dan kemudian dilampaui ketika ia menjadi juara tak terbantahkan dua kali di kelas berat akhir pekan lalu.
So, di atas kertas, Holyfield sepertinya layak merasa dirinya lebih hebat dibandingkan Muhammad Ali.***