JAKARTA, difanews.com: Dunia kini menantikan pertarungan super antara Tyson Fury dan Oleksandr Usyk di Riyadh, Arab Saudi, 17 Februari.
Duel ini menarik bukan hanya karena memperebutkan 4 sabuk gelar –Fury juara WBA-IBF-WBO dan Fury juara WBC.
Tapi juga karena perbedaan fisik.
Usyk lebih kecil dan lebih pendek. Fury bertubuh raksasa. Tinggi dan besar. Ini akan jadi seperti David vs Goliath.
Banyak yang menjagokan Usyk. Meskipun lebih kecil secara alamiah, tapi dia gesit, skill tinggi, punya kecepatan, dan nyali besar.
Tyson Fury dijagokan. Tinggi besar lebih memudahkan baginya menjangkau Usyk. Dia juga tahan pukul. Sering jatuh kena pukul, tapi mampu bangkit dan menang.
Di atas kertas, duel ini bisa dikatakan 50-50, meskipun Anda mungkin tak sependapat. Termasuk Evander Holyfield yang menjagokan Oleksandr Usyk.
Pendapat Holyfield layak didengarkan. Kenapa? Karena dia juga seperti Usyk. Merangkak dari bawah dari kelas penjelajah.
Holyfield tahu bagaimana bertarung dengan para raksasa kelas berat seperti Riddick Bowe, George Foreman, Lennox Lewis, bahkan Nikolay Valuev.
“Ini duel berat bagi keduanya, meskipun saya kira Usyk akan menang,” ujar Hoolyfield, dilansir Boxing News 24/7 dari wawancara Holyfield dengan IFL TV.
“Satu hal, ia ngotot dan tidak gampang menyerah, dan dia lebih cepat, lebih cepat.”
“Jadi, saya kira Tyson Fury takkan mampu meredam pukulan Usyk. Saya tidak berpikir era sekarang lebih baik dari era saya. Kami punya lebih banyak petinju Olimpiade dan bertarung dengan sangat baik di pro.”
Usyk petinju yang bukan cuma bisa terus menerus melayangkan pukulan, tapi juga terus bergerak.
Yang mungkin tak bisa dilakukan petinju dengan tubuh lebih kecil seperti Usyk, adalah menjatuhkan Fury.
Oleksandr Usyk kemungkinan akan menang, tapi dengan angka.***