Kesehatan

Inilah Perubahan Tubuh setelah Divaksinasi Covid-19 & Efek Sampingnya

Jakarta, difanews.com — Vaksinasi Covid-19 tengah dijalankan di Indonesia. Cepat atau lambat, setiap individu akan mendapatkan gilirannya untuk mendapat vaksinasi yang telah disiapkan pemerintah.

Sejauh ini, banyak orang yang meragukan vaksin untuk menangkal Covid-19. Terlebih, peredaran hoaks tentang vaksin di media sosial makin gencar akhir-akhir ini. Berita kematian setelah vaksinasi yang terjadi negara lain juga membuat masyarakat makin tak percaya atau ragu.

Padahal, kenyataannya tidak seperti itu. Jika penasaran dengan apa saja perubahan dan efek vaksin setelah disuntikkan ke tubuh, simak penjelasan ilmiahnya berikut ini.

Tubuh akan belajar melindungi diri dari partikel virus yang ada di dalam vaksin
Sebelum membahas masalah ini lebih lanjut, Anda harus tahu terlebih dahulu apa yang dikandung oleh vaksin. Vaksin CoronaVac dari Sinovac yang dipakai oleh pemerintah Indonesia tergolong vaksin yang belum diaktifkan (inactivated vaccine).

Pada vaksin jenis ini, di dalamnya terdapat partikel virus terkontrol yang telah dibunuh, sehingga dapat mengurangi risiko infeksinya. Ketika diinjeksikan, tubuh akan berusaha membaca dan mengenali virus tersebut. Setelahnya, sistem imun akan membentuk perlindungan diri terhadapnya.

Proses inilah yang diharapkan terjadi setelah kita divaksinasi. Ketika karakteristik, protein dan material virus telah dikenali, tubuh pun jadi tahu bagaimana cara membunuh dan mencegah terjadinya infeksi di kemudian hari.

Vaksin diharapkan membuat virus tak bisa ditularkan, meski hal ini belum teruji
Sejumlah vaksin yang telah dibuat sebelumnya mampu ‘menjinakkan’ virus, sehingga tidak bisa ditularkan ke orang lain. Ini pula yang diharapkan terjadi setelah masyarakat menerima vaksinasi Covid-19.

Akan tetapi, perlu ditekankan bahwa efek yang satu ini masih belum bisa terlihat. Para ahli pun belum mampu memastikan apakah orang yang telah disuntik vaksin masih bisa menularkan virus ketika terpapar COVID-19 atau tidak.

Itulah kenapa masyarakat harus tetap menaati protokol kesehatan walaupun telah divaksinasi. Jangan memberi kesempatan terhadap virus untuk menginfeksi orang lain yang lebih rentan.

Lengan yang disuntik akan terasa nyeri dan lemas
Menurut petunjuk teknis yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), terdapat tiga macam reaksi yang biasa terjadi setelah vaksinasi. Di antaranya adalah reaksi lokal, sistemik, dan reaksi lain yang tergolong jarang ditemui.

Pertama adalah reaksi lokal. Kondisi ini biasa ditandai dengan nyeri, kemerahan, dan bengkak di sekitar area vaksin. Sering kali, hal ini juga menyebabkan rasa lemas pada otot lengan yang menerima suntikan. Data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyatakan bahwa reaksi ini terjadi pada 78 persen penerima vaksin Pfizer-BioNTech selama uji klinis. 

Ini merupakan efek yang sangat wajar dan normal. Menurut penjelasan di laman The List, kondisi tersebut terjadi karena jarum dan cairan sedikit menggeser jaringan otot, sehingga timbul nyeri dan memar. Efek ini cuma sementara, kok!

Anda mungkin akan merasa lemas, nyeri otot, dan sakit kepala setelah vaksinasi
Berikutnya ada reaksi sistemik. Kemenkes menjelaskan bahwa ini merupakan kondisi yang ditandai dengan demam, nyeri otot di seluruh tubuh, nyeri sendi, lemas, dan sakit kepala. Ini merupakan reaksi umum dari vaksinasi, apa pun jenisnya.

Reaksi lain yang perlu diwaspadai adalah tubuh yang terasa lelah melebihi biasanya. Menurut laporan, efek ini dialami oleh penerima semua jenis vaksin Covid-19, termasuk Sinovac, Moderna, dan Pfizer-BioNTech.

Tak perlu mengurungkan niat untuk mendapatkan vaksin, karena reaksi sistemik ini biasanya bertahan selama 3 hingga 5 hari saja. Setelah itu, tubuh akan kembali normal seperti biasanya.

Terdapat efek samping lain yang lebih serius, tetapi jarang terjadi
Meskipun umumnya efek samping vaksinasi bersifat ringan dan akan hilang dengan sendirinya, tetapi tetap ada potensi risiko efek samping yang serius, seperti:
*
Anafilaksis atau reaksi alergi parah yang ditandai dengan syok dan sulit bernapas;
*
Urtikaria atau biduran, munculnya ruam kemerahan yang panas dan gatal pada kulit;
*
Pingsan.

Menurut data dan laporan yang ada, efek-efek di atas sejauh ini hanya dialami orang-orang yang memiliki alergi terhadap material dalam vaksin, dengan kata lain angka kasusnya amat jarang. Maka dari itu, penting mencermati kandungan cairan vaksin terlebih dahulu.

Berbagai testimoni efek samping vaksin Covid-19 oleh orang-orang yang telah menerimanya
Sebenarnya apa yang dialami oleh para penerima vaksin tidak jauh berbeda dengan kondisi-kondisi yang disebutkan di atas. Namun, untuk memberikan informasi yang lebih lengkap, berikut ini sejumlah reaksi atau efek samping yang dialami oleh sukarelawan vaksin Sinovac:
* Nyeri di area bekas suntikan;
* Sakit kepala, terutama setelah menerima dosis pertama;
* Mual;
* Demam;
* Kelelahan dan nyeri otot.

Sementara itu, reaksi yang tidak jauh berbeda juga dialami para sukarelawan vaksin Pfizer-BioNTech, berikut di antaranya:
* Nyeri di area bekas suntikan;
* Kelelahan;
* Sakit kepala;
* Tubuh demam dan menggigil;
* Mual dan pengar.

Sejauh yang diamati hingga saat ini, mayoritas vaksin Covid-19 memang menimbulkan efek samping yang tampak seperti flu. Kenapa hal ini terjadi?

Seperti yang dijelaskan, vaksin merupakan cairan yang mengandung partikel virus. Ketika diinjeksikan ke dalam tubuh, sistem imun akan berusaha memelajari dan melawannya. Selama proses tersebut, muncullah reaksi-reaksi seperti yang disebutkan di atas. Jadi, tak perlu khawatir. Justru munculnya efek samping menunjukkan bahwa vaksin itu bekerja.

Seperti itulah perubahan yang terjadi di tubuh kita setelah divaksinasi Covid-19. Memang ada sejumlah efek samping yang ditimbulkannya, tetapi jangan sampai hal ini membuatmu mengurungkan niat untuk mendapatkan vaksin, ya.

Perlu digarisbawahi pula bahwa setelah menerimanya, Anda harus tetap menjalankan protokol kesehatan. Mulai dari mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dengan orang lain. Sebab, belum bisa dipastikan apakah vaksin benar-benar mampu mencegah penularan atau tidak.

SUMBER

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button