Seni Budaya

Komunitas Aleut, Komunitas Sejarah Kota Bandung yang Dirintis Ridwan Hutagalung

Komunitas Aleut rutin menggelar agenda kegiatan setiap pekannya.

JAKARTA, DIFANEWS.comAleutian, hayu Ngaleut! Begitu cara pegiat Komunitas Aleut menyapa dan mengajak anggotanya jalan-jalan menjelajah jejak sejarah di Bandung Raya. Datang ramai-ramai langsung ke tempat bangunan cagar budaya, kawasan bersejarah, serta menyimak kisah-kisah tempo dulu.

Diresmikan sejak 2006 di Kota Bandung, Komunitas Aleut gencar berbagi pengetahuan kepada masyarakat soal seluk beluk sejarah di seputaran kota berjuluk Paris van Java ini. Berangkat dari hobi yang sama, anggota komunitas ini memiliki minat dan kepedulian terhadap sejarah dan budaya, terutama dalam lingkup Kota Bandung dan sekitarnya.

Aleut dalam Bahasa Sunda artinya berjalan beriringan. Sama halnya aktivitas di Komunitas Aleut, para anggotanya bersemangat melangkah beriringan untuk melihat satu tempat ke tempat lain serta mempelajari sejarah.

Komunitas yang dirintis Ridwan Hutagalung ini mengemas aneka kegiatan edukatif melalui apresiasi sejarah dan wisata, apresiasi film dan musik, penulisan, penelitian kecil dan lainnya.

“Awalnya hanya perkumpulan biasa yang suka jalan-jalan dan suka sejarah. Terus banyak yang tertarik. Makin lama luas,” ujar Deuis Raniarti, koordinator Komunitas Aleut, saat berbincang dengan detikcom, di markas Komunitas Aleut, Jalan Pasir Jaya XIII No.3, Kecamatan Regol, Kota Bandung, beberapa waktu lalu.

Komunitas Aleut juga rutin menggelar agenda kegiatan setiap pekannya. Misal saat Sabtu, mereka belajar bersama lewat kegiatan bernama Kelas Literasi. Kelas Literasi diisi bedah buku dan membahas topik-topik berkaitan dari tema buku. Minggu, mereka ngaleut ke tempat yang sudah direncanakan.

Ngaleut tidak melulu menyusuri situs penting. Mereka bergerak menjajal kawasan kuliner, mampir ke tempat yang berkaitan dengan suatu tokoh, alam, cagar budaya dan tempat-tempat lainnya yang memiliki cerita.

Setiap jalan-jalan, para anggota akan dituntun oleh beberapa pemandu yang sudah menyerap sejarah tempatnya.

“Biasanya ngaleut-nya sesuai momen-momen tertentu. Seperti saat ulang tahun Kota Bandung, kami ke tempat-tempat yang ada kaitannya dengan kelahiran Kota Bandung,” tutur Deuis.

Bukan hanya di Kota Bandung, para anggota komunitas ini juga memiliki agenda jalan-jalan ke luar kota yang mereka sebut dengan ‘momotoran’. Mereka bukan hanya warga Bandung. Bahkan ada sejumlah anggota merupakan mahasiswa rantau yang ingin belajar dan tertarik dengan sejarah Kota Bandung. Kini anggota yang terdaftar aktif mencapai 700 orang.

“Dengan belajar sejarah suatu kota, setiap orang jadi lebih mencintai kotanya sendiri. Ketika kita mengenal lebih, otomatis kita jadi lebih memperhatikan dan punya rasa tanggung jawab untuk memelihara itu semua,” ujar Deuis.

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button