Mayweather Jr Mengaku Lebih Baik, Posisikan Ali di Peringkat 5
JAKARTA, DIFANEWS.com — FLOYD Mayweather Jr tanpa ragu menyebut dirinya sebagai petinju terbaik No 1. Dan, dengan sedikit kasar menempatkan Muhammad Ali di posisi 5.
Mayweather Jr, 43 tahun, tak terkalahkan dengan rekor 50-0 sampai ketika ia mengundurkan diri pada 2017 dengan mengalahkan Conor McGregor.
Dalam acara bersama ESPN, Mayweather ditanya siapakah, menurutnya, petinju terbaik dunia. Mayweather kemudian disodorkan nama-nama seperti Ali, Rocky Marciano, dan Joe Luis untuk dipilih.
Tapi, ia langsung menyebut dirinya No 1 dan memberikan alasan-alasannya.
“Ia [Mayweather] mengalahkan lebih banyak juara dunia dibandingkan petinju lain dalam waktu lebih pendek dan sedikit pertarungan dibandingkan petinju lain.“
“Mendaratkan pukulan dengan persentase lebih banyak dan lebih sedikit kena pukul. Ia juara dunia selama 18 tahun di 5 kelas berbeda.”
Mengapa Ali No 5?
“Ali, hanya bermain di satu kelas dan kalah 3 kali dari Ken Norton.“
“Apa yang dilakukannya adalah ia membela kaumnya di saat Afro-Amerika tidak mendapatkan pembelaan.”
Mayweather juga memperlihatkan kekesalannya karena dunia menempatkan Ali sebagai petinju terbesar sepanjang masa. Artinya, petinju manapun akan sulit mendapatkan sebutan terbaik dunia karena di sana sudah bercokol nama Ali.
Padahal, menurutnya, Ali bukanlah petinju yang jarang kena pukul. Bukan seperti dirinya yang memiliki persentase kena pukul kecil. Dalam hal ini, katanya, Ali seperti memberinya jalan untuk berada di tempat terbaiknya kini.
“Tapi, jika kita bicara rekor, kita mendapatkan Ali kehilangan gelar dunianya kepada petinju yang baru tujuh kali naik ring.”
“Saya harus angkat topi untuk Ali, tapi saya takkan mengatakan bahwa ada petinju lain lebih dari saya.”
Ketika host acara menyodorkan duel legendaris Ali melawan Joe Frazier dalam Thrilla in Manila, Mayweather nampaknya makin panas.
“Itu tidak keren. Tidak keren. Mengapa saya ada di sini [di tinju] adalah karena ingin mengajarkan para petinju hal ini: nama olahraga ini adalah memukul dan bukan terpukul. Ini bukan tentang menerima penghakiman.”
“Saya suka Ali, tapi bersandar di tali ring, menerima penghakiman sebagaimana disebut sebagai rope-a-dope — itu tidak keren.”
Rope-a-dope dikenal sebagai teknik Ali dalam duel melawan George Foreman dalam Rumble in the Jungle, di mana Ali bersandar di tali ring dan membiarkan lawan memberondongkan pukulan sampai kelelahan untuk kemudian membalas secara jitu.
Mayweather menempatkan Robeto Duran sebagai No 2, Pernell Whitaker No 3. Dan Julioa Cesar Chavez No. 4.
“[Roberto Duran]. Ia datang dari kelas ringan untuk jadi juara dunia di kelas menengah. Saya suka. Seorang legendaris.
“[Pernell Whitaker]. Sungguh, ia mengalahkan Julio Cesar Chavez (duel resminya dinyatakan draw). Dan ia mengalahkan paman saya, Roger, dua kali.”
“[Julio Cesar Chavez]. Rekornya 79-0 di kelas-kelas berbeda sebelum akhirnya kalah.”