Museum Etnografi Orang Betawi Milik Sastrawan-Budayawan Betawi Ini Siap Dihibahkan, Ini Syarat Penerima Hibah
JAKARTA, DIFANEWS.COM: Benda-benda berharga yang ada di Museum Etnografi Orang Betawi akan dihibahkan pemiliknya, budayawan dan sastrawan Betawi asal Pondok Pinang, Jakarta Selatan, yang juga alumni IISIP Jakarta dan pendiri-pemilik Penerbit Padasan, Chairil Gibran Ramadhan, kepada siapa pun yang berminat.
Museum Etnografi Orang Betawi ini didirikan CGR, begitu ia biasa disapa, sejak 11 September 2015. Ketika itu, CGR mendapat sambutan positif berupa surat dukungan dari lima Pusat Studi Betawi di Universitas Negeri Jakarta, IAIN Syarif Hidayatullah, Universitas Nasional, Universitas Islam As-Syafiiyah, dan Universitas Hamka.
Barang-barang awal berasal dari keluarga besarnya yang merupakan keturunan tuan tanah di Pondok Pinang pada 1881. Selanjutnya ada yang didapat CGR dari membeli secara membayar mahar, dan sumbangan teman-teman.
Tokoh Betawi seperti Deddy Mizwar, Bob Benyamin Suaeb, Dr Edi Sukardi dari Uhamka, dan Haji Odink ketua Bamus Betawi juga menghibahkan barang.
Namun, menurut CGR, karena ketiadaan tempat, barang-barang berharga dan bernilai sejarah milik Museum Etnografi Orang Betawi itu kemudian hanya dikumpulkan dalam ruangan yang tidak memadai. Pada foto tampak keadaan MEOB tahun 2016, ketika barang-barang tersebut belum penuh sesak.
“Saya juga tidak memiliki pengganti yang bisa menjadi penerus pengurus barang-barang tersebut. Sedangkan adik-adik saya—seperti umumnya orang Betawi—tidak memiliki kapasitas nalar sejarah dan nalar budaya untuk faham tentang pentingnya museum etnografi,” ujar CGR, yang pernah menjabat sebagai Redaktur Sastra pertama dari etnis Betawi di Majalah Sastra Horison milik penyair Taufiq Ismail yang berdiri tahun 1966.
Karena itu, CGR akan menghibahkan barang-barang tersebut kepada siapa pun yang berminat.
“Kalau bisa mereka yang tidak hanya berkemampuan ekonomi bagus tetapi juga cerdas, berakhlak baik, serta punya nalar sejarah dan nalar budaya tinggi, yang dapat memberi tempat khusus bagi barang-barang tersebut,” tambah CGR.
CGR tidak memberikan persyaratan khusus untuk peminat. Yang penting, katanya, nama tempat tersebut tetap Museum Etnografi Orang Betawi dan nama Chairil Gibran Ramadhan tetap sebagai pendiri, pemimpin, dan kurator.
Budayawan dan sastrawan yang pernah menjadi wartawan dan kini memiliki kanal YouTube sejarah dan budaya bertajuk CGR PLESIR ini juga berharap tempat baru itu tidak disatukan dalam sebuah rumah. Museum harus berdiri sendiri.
Nantinya, kata CGR, museum akan dikelola secara profesional. Dengan begitu museum tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga edukasi terkait keberadaan etnis Betawi.
Untuk masuk dan melihat barang-barangnya akan dikenakan biaya, memiliki tempat acara diskusi, café terbuka, tempat menjual souvenir terkait keberadaan museum, dan spot foto dengan kostum khas Betawi.
Ditegaskan lelaki penggemar memasak yang merupakan pendiri dan pemimpin redaksi Stamboel: Journal of Betawi Socio-Cultural Studies ini, penerima hibah tidak harus orang Betawi. Ia bisa dari suku apapun asal punya minat tinggi terhadap barang-barang bernilai sejarah dan peduli pada pelestarian budaya.*
CGR bisa dihubungi melalui akun FB CGR Plesir: https://web.facebook.com/profile.php?id=100082098334906
Atau akun YouTube: https://www.youtube.com/@chairilgibranramadhancgr1203/videos