Bisnis

Pengusaha Didorong Bangkitkan Ekonomi Melalui Masjid

JAKARTA, DIFANEWS.COM — Bank Indonesia bekerja sama dengan Indonesian Youth Economic Forum (ISYEF) dan Rabu Hijrah menyelenggarakan talk show secara hybrid di Masjid Cut Meutia, Menteng, Jakarta Pusat,  dengan tema ‘Pengusaha Bantu Usaha Masjid’.

Dalam kesempatan ini juga dilaksanakan Kick-Off Gerakan Wakaf Produktif untuk 100 Usaha Masjid.

Di bawah naungan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang ke-8, kegiatan ini ditujukan agar masjid dapat memiliki fungsi yang lebih besar. Tidak hanya fungsi ibadah tetapi juga fungsi sosial dan ekonomi.

Hal ini dilakukan untuk mendorong usaha-usaha dari masjid dan mengukuhkan peran pengusaha dalam mendorong kebangkitan ekonomi dari masjid.

Badan Ekonomi Syariah Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) turut berpartisipasi sebagai perwakilan dari kalangan pengusaha.

Narasumber yang hadir dalam kegiatan pada Rabu (6/10) ini antara lain Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia M. Anwar Bashori; Direktur Pembiayaan Syariah Kementerian Keuangan, Dwi Irianty Hadiningdyah.

Juga Kepala Badan Ekonomi Syariah Kadin, Taufan Eko Nugroho Rotorasiko; dan Wakil Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) yang juga Pemuda Dewan Masjid Indonesia (DMI), M. Arief Rosyid Hasan. Talk show ini dimoderatori Direktur Eksekutif ISYEF, Thufeil Muhammad Tyansah.

Perjalanan ISYEF membangun usaha dari masjid telah dimulai sejak 2018 dengan ISYEF Point sebuah cafe container di Masjid Cut Meutia; ISYEF Farm, sebuah peternakan berbasis masjid di Masjid Al-Mujahidin, Gunung Kidul Yogyakarta, dan pelatihan wirausaha berbasis masjid (ISYEFPreneur) yang saat ini telah memiliki 55 usaha masjid binaan.

Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia, M. Anwar Bashori menyampaikan, ekonomi masjid ini bukan berarti membuat masjid menjadi bentuk perdagangan (usaha di dalam masjid)

“Tetapi kami ingin ada komunitas-komunitas usaha milik pengurus masjid, remaja masjid yang usahanya memberikan dampak kepada masjid. Karena ekonomi syariah ini bukan wacana tetapi harus menetes dan bermanfaat,” kata Anwar..

Hal senada dikatakan Direktur Pembiayaan Syariah Kementerian Keuangan, Dwi Irianty Hadiningdyah. Menurut Irianty, Indonesia bukanlah negara pertama yang menerbitkan sukuk.

“Kita baru mulai di 2008, tetapi alhamdulillah hingga saat ini sudah 13 tahun sejak pemerintah menerbitkan sukuk dengan nilai Rp1.900 triliun. Dana sebesar itu pemerintah gunakan untuk mensupport APBN termasuk pembiayaan infrastruktur seperti bangunan universitas hingga rumah sakit,” beber Irianty.

“Saat ini melalui sukuk Indonesia telah menerima 44 penghargaan internasional dengan menjadi top of mind sukuk di dunia. Saya rasa cash waqf link sukuk ini bisa menjadi alternatif produk untuk mendorong usaha-usaha dari masjid, yang nanti nilai manfaat wakafnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur usaha masjid.”

Kepala Badan Ekonomi Syariah Kadin, Taufan Eko Nugroho Rotorasiko mengatakan, saat ini perlu digaungkan paradigm shifting, seperti paradigma wakaf yang saat ini hanya terkesan untuk masjid dan makam, padahal wakaf lebih baik jika dibawa ke arah yang lebih produktif.

“Saya ambil contoh wakaf sumur Utsman bin Affan sejak 1400 tahun yang lalu hingga hari ini manfaatnya terus mengalir. Bahkan yang awalnya hanya sumur kini menjelma menjadi kebun kurma dan hotel mewah yang manfaatnya diberikan kepada anak yatim hingga jama’ah haji,” ujarnya.

“Syariah ini kami anggap sebagai way of life atau jalan hidup, di mana tidak melulu tentang halal haram dan tidak hanya untuk umat Islam. Sebaliknya, syariah hadir untuk semua umat manusia yakni Rahmatan lil ‘Alamin,” tambahnya.

Wakil Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) yang juga Pemuda Dewan Masjid Indonesia (DMI), M. Arief Rosyid Hasan menegaskan, sejak 2017 ia diajak oleh Jusuf Kalla di DMI dengan visi memakmurkan dan dimakmurkan oleh masjid.

“Saat diskusi dengan remaja masjidnya bahwa salah satu isu yang dapat mempersatukan dari perbedaan yang ada adalah ekonomi, sejak saat itu kita komitmen untuk ambil jalan jihad dalam bidang ekonomi khususnya berbasis masjid dan terbentuklah ISYEF ini bersama 11 remaja masjid se- Indonesia,” ungkapnya.

Setelah kegiatan talk show berlangsung, dilaksanakan kick off gerakan Wakaf Produktif untuk 100 usaha masjid yang disimbolkan dengan penandatanganan komitmen oleh keempat narasumber.

Kegiatan ini merupakan kegiatan awal dalam upaya mendorong ekonomi masjid yang akan berlanjut pada 19 dan 28 Oktober 2021 di Masjid Istiqlal Jakarta.

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button