
DIFANEWS.COM – Petinju peraih perak Olimpiade Rio 2016, Joe Joyce, kini sudah berusia 40 tahun dan belum pernah jadi juara dunia kelas berat. Nasibnya selalu kurang beruntung.
Dia pernah jadi juara kelas berat WBO interim sekaligus berpeluang naik ring perebutan gelar. Sayang, tiketnya direbut Zhang Zhilei dengan kekalahan TKO ronde 6 pada April 2023. Lalu, pada rematch September, dia malah kalah KO ronde 3.
Padahal, pada November 2020, dia pernah meng-KO Daniel Dubois di ronde 10.
Kini, Joyce ((16-4-0, 15 KO), bersiap-siap naik ring lagi, November. Kemungkinan jadi undercard rematch Chris Eubank Jr versus Conor Benn.
Joyce belum bertarung sejak kalah angka dari Filip Hrgovic pada April 2025 sekaligus jadi kekalahan kedua beruntun setelah pada Juli 2024 kalah angka dari Derek Chisora.
Setelah kalah dari Hrgovic, kencang berembus tekanan agar The Juggernaut’, julukannya, pensiun.
Tapi, Joyce menepis anjuran itu. Dia bahkan kini bersiap-siap untuk balas dendam kekalahannya dari Tony Yoka, petinju yang mengalahkannya di final Olimpiade Rio 2016.
Di sisi lain, promotor Ben Shalom dari BOXXER nampaknya ingin petinjunya, Richard Riakporhe, bertarung dengan Joyce. Shalom berharap negosiasi duel segera rampung agar bisa bertarung dalam waktu dekat.
“Kami dorong dia duel lawan Richard Riakporhe untuk tanggal ini [15 November],” ujar Shalom di talkSPORT.
“Pertarungan Joyce dan Riakporhe adalah duel kelas berat Inggris hebat. Saya selalu merasa Richard adalah petinju kelas berat.”
Riakporhe terakhir menang angka atas Kevin Nicolas Espinosa, Mei 2025, di duel pertamanya di kelas berat. Sebelumnya, Juni 2024, dia kalah angka dari Chris Billam Smith dalam duel perebutan gelar kelas penjelajah WBO.
Selain mengupayakan duel Riakporhe dan Joyce, Shalom juga tengah mendorong duel Jack Catterall vs Ekow Essuman.
Joyce sendiri memang punya nasib kurang bagus di kancah kelas berat. Dengan kondisi 4 kali kalah dan 2 di antaranya beruntun, sulit baginya untuk mendapatkan pertarungan besar.
Di usia 40, ia juga dipastikan sulit bisa tampil prima seperti ketika dia mengalahkan Dubois. Tapi, bagaimanapun, masih ada sisa-sisa kehebatan Joyce yang bisa dimanfaatkan di pengujung kariernya yang buram.
Untuk itu, promotor Frank Warren yang membawahi Joyce, agak berhati-hati dalam memilihkan lawan yang pas untuknya. Sejujurnya, Warren sendiri lebih suka Joyce pensiun.
“Pengabdiannya di pertinjuan Inggris luar biasa, dia tidak pernah berada dalam pertarungan yang membosankan. Dia sekuat sepatu bot tua dan telah membuat kita bangga di Olimpiade,” ujar Warren.
Masa depannya tampaknya masih belum pasti, tapi tampaknya pengumuman tentang langkah selanjutnya sebentar lagi akan diumumkan.***