News

Bongkar Fakta di Balik Bencana Sumatera, Sherly Annavita Ceritakan Akses Terjal di Wilayah Terisolasi

DIFANEWS.COM – Banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Sumatera, menyisakan perjuangan berat bagi para korban sejak bencana itu terjadi pada akhir November 2025.

Terkini, pengakuan mengejutkan datang dari influencer sekaligus aktivis kemanusiaan, Sherly Annavita, yang sempat mendatangi sejumlah lokasi bencana di Sumatera.

Dalam siniar YouTube Rakyat Bersuara pada Rabu (24/12), Sherly menceritakan terdapat dua poin tentang bencana di Sumatera yang menurutnya penting untuk diketahui publik Tanah Air.

“Bencana yang terjadi di Sumatera, menurut saya mengonfirmasi dua hal,” ujar Sherly.

Influencer itu menyebut, hal pertama terkait krisis kemanusiaan yang terjadi pascabencana di 3 provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar).

“Pertama, ada krisis kemanusiaan di sana,” ungkap Sherly.

Kemudian, Sherly menuturkan poin kedua terkait karakteristik berbeda di setiap provinsi Sumatera usai bencana banjir bandang dan tanah longsor itu.

“Dan yang kedua pertanyaan di benak publik, dalam hal ini saya bicara sebagai masyarakat, sebagai relawan,” sebutnya.

“Kalau yang diharapkan dari pemerintah daerah, 3 provinsi itu memiliki berbagai karakteristik yang berbeda,” imbuh Sherly.

Sherly Annavita: Semua Pihak Telah Berupaya

Dalam kesempatan yang sama, Sherly menceritakan dirinya yang melihat langsung distribusi bantuan yang diterima para korban melalui jalur udara.

“Saya melihat sendiri bagaimana bantuan dari BNPB itu diturunkan dari atas, pakai parasut, dan di bawah, TNI AU mengumpulkan bantuan itu,” tuturnya.

Selain itu, Sherly menyoroti tentang perlunya komando yang terpusat agar distribusi bantuan bisa segera sampai ke tangan para korban.

“Jadi, kondisinya benar semua pihak sudah berupaya, tapi satu yang kita butuhkan adalah komando,” terangnya.

Ceritakan Akses Terjal di Lokasi Bencana

Sherly menjelaskan, di lokasi bencana, para relawan berupaya menyalurkan bantuan ke korban, namun masih terdapat sistem yang masih tumpang tindih.

“Artinya, bayangkan bantuan itu sudah masuk, tapi data ini harus diarahkan ke mana, itu saling tumpang tindih,” jelasnya.

Aktivis kemanusian itu menyebut, masih terdapat posko bantuan yang sulit dijangkau para pengungsi bencana di Sumatera.

“Terkait titik-titik posko, umumnya berada di rumah-rumah bupati, kalau hari ini mungkin sudah ada posko-posko tambahan,” sebut Sherly.

“Relawan harus datang dahulu ke sejumlah titik, kemudian kembali ke lokasi (bencana), ini yang membuat (bantuan) lambat ke tangan warga,” terangnya.

Sherly menyatakan pihaknya sangat menghargai upaya pemerintah dalam berkolaborasi mendistribusikan bantuan kepada para korban sejak masa awal pascabencana.

“Saya sangat hargai kata kolaborasi, kalaupun relawan diajak kolaborasi, kita tahu wilayah yang menjadi kapasitas relawan,” jelas Sherly.

“Dan pembangunan infrastruktur yang rusak bisa diambil alih (pusat), ini kita bisa berbagi tugas,” tandasnya.***

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button