Prince Larbie, 8 Tahun, Ingin Jadi Juara Dunia
JAKARTA, DIFANEWS.COM — Prince Larbie tinggal bersama kedua orangtuanya di Jamestown, pinggiran kota Accra, Ghana, negara di kawasan Afrika Barat yang memang banyak melahirkan petinju-petinju hebat.
Di usia 8 tahun, Prince tak cuma bersekolah menuntut pendidikan, tapi juga belajar berbaku-hantam di bawah arahan sang ayah, Daniel Larbie, pelatih tinju di WillPower Boxing Gym.
“Saya kelas II di Kiddie Class Educational Center. Saya ingin jadi juara dunia tinju seperti Azumah Nelson dan Floyd Mayweather Jr,” kata Prince kepada Xinhua.
Menjadi petinju besar adalah cita-cita Daniel. Tapi, setelah ia gagal, Daniel ingin anaknya menjadi penggantinya.
“Prince mulai berlatih di usia 4-5 tahun. Saya dulu petinju. Tapi, karena menjadi kepala suku di keluarga saya, adat melarang saya melanjutkan kariér. Tapi, putra saya ingin menjejaki saya dan saya berikan ia dukungan penuh,” beber Daniel.
“Ketika kecil, saya menyaksikan Azumah Nelson, mantan juara kelas bulu WBC dan bulu super. Saya ingin seperti dia. Jadi, sekarang saya kerahkan semua tenaga, pikiran, dan ambisi saya demi anak saya agar menjadi juara dunia.”
Daniel mengambil alih WillPower Gym setelah sang pemilik, Napoleon Tagoe, mantan juara WBC International, tutup udia pada 2017.
Menurut catatan boxrec.com, Tagoe menjadi juara kelas berat ringan WBC Continental Americas pada Februari 1998. Sebelum bertarung dan menang KO atas Ken Nania, Juli 2000, Tagoe kalah KO dari Juan Carlos Gomez dalam laga perebutan gelar kelas penjelajah WBC di Alsterdof, Jerman, Desember 1999.
Daniel selanjutnya mengatakan, Prince saat ini bertarung bukan dengan petinju seusianya karena pukulannya keras. Di usia 8, ia bertarung dengan anak-anak berusia 13-14 tahun. Ia sudah memenangkan 28 pertarungan sejauh ini.
“Tapi, Prince masih punya waktu untuk menikmati masa kanak-kanaknya. Ia juga masih bermain-main di jalanan seperti anak lainnya,” tambah Daniel.
Daniel juga mengatakan bahwa melalui donasi seseorang yang baik hati di Inggris, Prince mendapatkan pendidikan di salah satu sekolah paling bergengsi di Accra, dan melengkapinya dengan tunjangan bulanan untuk petinju remaja, mengambil tagihan medisnya, dan pengeluaran lainnya..
Daniel menegaskan, pertinjuan Ghana memang membutuhkan dukungan untuk mengembalikan masa kejayaannya.
Penampilan Black Bombers di Olimpiade Tokyo 2020 menunjukkan, bahwa dengan dukungan lebih besar akan membuat mereka bisa tampil lebih baik lagi di Olimpiade berikutnya.