PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) Menghadapi Tantangan Harga Jual Listrik PLTP yang Tidak Ekonomis di Indonesia
JAKARTA, difanews.com – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mengatakan bahwa proyek-proyek pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Indonesia menghadapi sejumlah kendala, termasuk isu harga jual listrik yang dianggap tidak ekonomis.
Direktur Utama PGE Julfi Hadi menjelaskan jika melihat struktur pasar penyediaan tenaga listrik di Indonesia, struktur pasar masih bersifat monopsoni. Artinya hanya ada satu pembeli tunggal yakni PT PLN (Persero).
“Tantangan di PGE dan yang lain sama commercial project karena kita adalah off taker nya PLN pada saat ini ya,” kata dia dalam acara Energy Corner CNBC, Kamis (21/9/2023).
Oleh sebab itu, saat ini pihaknya sudah memetakan beberapa strategi untuk mengatasi persoalan tersebut. Pertama, mengembangkan teknologi untuk membuat harga listrik panas bumi menjadi murah. “Ini harus dikerjakan, Pertamina sekarang sedang mengerjakan teknologi-teknologi dengan kolaborasi with different partners,” kata dia.
Kemudian strategi kedua yakni melakukan ekspansi value chain sumber daya panas bumi. Misalnya dengan mengekstrak secondary product dari geothermal seperti methanol, green methanol, green hydrogen, dan silika.
“Itu juga harus dimajukan kita ada pilot project ada primary study, ada yang sudah kita dan ini salah satunya tadi di green meeting room kita, kita berusaha kolaborasi sama partner,” kata dia.
Berkenaan dengan upaya peningkatan kapasitas PLTP, dalam dua tahun ke depan, PGE menargetkan kapasitas terpasang PLTP menjadi 1 Giga Watt (GW) dari yang saat ini 672 Mega Watt (MW). Oleh sebab itu pihaknya bakal menambah kapasitas terpasang sebesar 340 MW dalam dua tahun mendatang.
“Kita sudah mempersiapkan 1 GW kita dengan value creation dan teknologi, secondary produk yang belum di touch sekarang yang perlu dikomersialisasikan untuk membuat project itu komersial dan kita juga ada beberapa project-project yang baik lagi. selain itu seperti Seulawah Agam di Aceh, di Sulawesi Utara dan Bukit Daun di Bengkulu,” terangnya
Menurut Julfi Indonesia sendiri mempunyai potensi energi panas bumi yang cukup besar untuk dikembangkan. Namun sayang, pemanfaatannya sejauh ini masih lambat.
“Saat ini growth dari geothermal itu very slow ya nah dari sinilah PGE membuat program dan set up untuk growth nya. Kalau optimis we are very optimistic we have experience, we have the finance untuk itu dan target bisnis kita adalah baseload geothermal Sumatera dan Jawa, secara itu tentunya penting sekali strateginya untuk maju,” kata dia.
Perlu diketahui, saat ini PGEO menjadi pemain terbesar di industri geothermal Tanah Air dengan 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 Mega Watt (MW) yang dioperasikan, terdiri dari 672 MW dioperasikan sendiri dan 1.205 MW melalui Joint Operation Contract (JOC).