Sang Ratu Murka di Masjid Istiqlal
Dari setiap harta, ada bagian untuk kaum miskin, dan bahwa setiap kejahatan akan ada balasan setimpal.
JAKARTA, DIFANEWS.com — Sang Ratu marah besar ketika mengetahui sebagian hartanya dicuri. Nahasnya, seorang pria buta kebetulan lewat di sekitar istana. Pria inilah yang kemudian dituduh sebagai pencuri.
Oleh kedua pengawal Sang Ratu, si pria buta ini kemudian dianiaya dan dipaksa mengakui perbuatannya. Penganiayaan itu membuat si pria buta itu tewas.
Begitulah sebagian jalan cerita yang dipentaskan Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena dari Petukangan, Jakarta Selatan, di salah satu aula Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (25/5). Pentas ini merupakan bagian dari rangkaian Iftar Budaya yang digelar Panitia Amaliyah Ramadhan Masjid Istiqlal, 22-26 Mei.
Topeng Blantek berjudul Murka Sang Ratu ini disutradrai Nasir Mufid. Pentas dibuka dengan prolog Jantuk sekaligus Bodor M. Nasir yang tak lain pendiri sanggar Fajar Ibnu Sena sejak 1983.
Sang Ratu (Inung Nurjanah) kemudian masuk bersama dua pengawalnya (Wawan Gopal dan Agus S). Sesaat kemudian, budak (Agus R) datang membawa peti berisi harta benda Sang Ratu. Namun, kedatangannya disertai seorang penyusup (Rido) yang kemudian menggondol harta Sang Ratu.
Abdul Aziz memerankan si buta yang ‘ketiban takra’ (dituduh sebagai pencuri).
Namun, dari penuturan Jantuk/Bodor Bang Nasir, diketahui bahwa sang pencuri adalah anak miskin yang ayahnya dibunuh si buta.
Jadi, si buta kena karmanya sendiri, sementara Sang Ratu juga menyadari, bahwa hartanya ydang melimpah memang seharusnya sebagian disedekahkan bagi kaum miskin.
Itulah pesan yang ingin disampaikan sanggar Fajar Ibnu Sena melalui pentas Murka Sang Ratu yang diiringi Nayaga dari Sojog 57 ini.
Pentas sendiri kemudian ditutup dengan atraksi para pendekar dari Keluarga Besar Kampung Silat Petukangan melalui Perguruan Silat Beksi H Godjalih (Kong Dasik, Mulyadi), Perguruan Silat Beksi H. Hasbullah (Bang Soleh, Jumardi), Perguruan Silat Beksi Kong Noer (Bang Miftah), Perguruan Silat Beksi Kong Simin (Bang Salim), dan Perguruan Silat Beksi Mandor Minggu (Kong Misin, Bang Edi Palem).