
DIFANEWS.COM – Peran Dana White, Presiden UFC, sebagai co-promoter duel Canelo Alvarez vs Terence Crawford, sangat krusial. Pentas itu jadi yang pertama dilakukan TKO Boxing yang didukung juragan tajir asal Arab Saudi, Turki Alalshikh.
Pesta tinju di Allegiant Stadium, Las Vegas itu, menghasilkan pemasukan 47.231.887 dolar AS, terbesar ketiga sepanjang sejarah tinju dunia. Namun, jumlah 70.482 penonton, menjadi yang terbesar sepanjang sejarah Allegiant.
Buat Dana White, itu baru awal. Orang No 1 di UFC ini siap meluncurkan pentas ‘Contender Series’. Di laga ini, para petinju berprospek yang belum terkalahkan bakal diadu. Pemenangnya akan mendapatkan kontrak promosi.
Metode itu sukses diterapkan Dana White di UFC atau pentas seni bela diri bebas. Apakah juga akan berhasil di tinju? Perlu dicoba.
Saat ini, tinju dikuasai setidaknya 4 badan tinju kakap terdiri atas WBA, WBC, IBF, dan WBO. Semuanya punya juara dunia meski banyak di antaranya dengan nama yang sama. Semuanya punya daftar peringkat yang bisa berbeda satu sama lain. Karena itu, sedikit rumit untuk bisa mewujudkan duel terbesar.
Visi White adalah membuat sistem dengan kelas lebih sedikit dan hanya 1 sabuk gelar. Tidak ada juara regular atau interim. Untuk menjadi juara dunia, mereka harus bertarung dengan juara dunia. Tapi, menjadi makin rumit karena para petinju seringkali punya badan kepromotoran berbeda dan jaringan penyiaran berbeda.
Di kepala White, pentas tinju seharusnya tak hanya berfokus pada partai utama. Setiap laga yang ditampilkan harus punya nilai jual tersendiri.
Selama ini, petinju yang bertarung undercard atau partai tambahan, mendapatkan bayaran minim dengan eksposur yang juga kecil.
Untuk memperlihatkan keseriusannya mengarah ke ide yang ingin dia realisasikan, White menerapkan bonus 100 ribu dolar AS untuk petinju yang terpilih masuk dalam kategori ‘Performance of the Night’ dan ‘Fight of the Night’ di pentas Canelo vs Crawford.
Dengan dukungan Turki Alalshikh, bos General Entertainment Authority Arab Saudi, White punya potensi besar untuk menghadirkan duel-duel tinju yang lebih menggigit sekaligus memberikan peluang petarung mendapatkan bayaran lebih layak.
Tapi, dengan adanya perbedaan badan tinju dunia, jaringan siaran, dan promotor, White perlu bekerja keras untuk mewujudkan keinginannya.
“Gaya Contender, saya rasa saya bisa memberikan banyak nilai tambah bagi olahraga ini dan bagi banyak petarung muda yang sedang naik daun. Kami telah melakukan semua pekerjaan dasar untuk ini — kesepakatan televisi, kesepakatan arena, produksi — ini akan menjadi pertarungan terbesar ketiga dalam sejarah,” beber White di laman Boxing News.
“Yang saya fokuskan adalah apa yang ingin kami lakukan di 2026, di mana kami akan melakukan hal yang sama dengan Turki Alalshikh, sebuah seri tinju ala Contender, di mana para petarung terbaik dan tak terkalahkan saling berhadapan, membuat seluruh rangkaian pertandingan seru dari pertarungan pertama hingga terakhir,” tambah White.
Saya janji dalam beberapa tahun, akan ada banyak orang yang menonton semua pertarungan dari awal hingga akhir secara konsisten,” “tutup White.***