JAKARTA, difanews.com — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengumumkan varian Covid-19 baru. Varian BA.2.86 atau Pirola ditambahkan ke daftar pantauan CDC pekan lalu, menyusul ke daftar pemantauan varian SARS-CoV-2 WHO.
Dikutip dari laman USA Today, Ahad (27/8/2023), Pirola menarik perhatian karena jumlah kasus yang dilaporkan secara resmi hanya tujuh. Angka itu amat sedikit, tapi terdeteksi di beberapa negara lintas benua, termasuk Amerika Serikat, Denmark, Israel, dan Inggris.
Asisten dekan riset dan associate professor di New York Institute of Technology College of Osteopathic Medicine di Arkansas State University, Rajendram Rajnarayanan, menyebut Pirola merupakan turunan dari Omicron BA.2. Varian tersebut saat ini tidak beredar.
Diklasifikasikan oleh WHO sebagai strain yang memiliki mutasi dalam jumlah besar, Pirola memiliki 30 mutasi protein lonjakan yang berbeda dari XBB.1.5. Artinya, Pirola lebih mungkin mengelak dari kekebalan atau lebih mungkin menumbangkan kekebalan yang dibangun oleh tubuh.
“BA.2.86 memiliki risiko untuk tersebar luas secara internasional. Ketika virus ini menyebar, maka akan terjadi akumulasi lebih banyak mutasi. BA.2.86 memiliki karakteristik garis keturunan yang sukses dan berpotensi mengungguli varian yang sudah ada,” kata Rajnarayanan, dikutip dari Republika.
Namun, Rajnarayanan juga mengatakan tingkat kekebalan populasi di AS saat ini sudah relatif tinggi. Artinya, BA.2.86 mungkin tidak akan menyebabkan lonjakan seperti yang terjadi pada omicron BA.1 dahulu. Bagaimanapun, dia tetap menyerukan kewaspadaan.
Rajnarayanan mengatakan, dunia telah hidup dengan Covid-19 selama lebih dari tiga tahun. Dia yakin sebagian besar masyarakat global sudah tahu cara melindungi diri sendiri. Hanya saja, sebagian besar orang mungkin sudah lalai atau enggan menggunakan alat pelindung diri.
Karena BA.2.86 alias Pirola masih sangat baru, belum diketahui apakah terinfeksi varian ini akan menimbulkan gejala unik. CDC memberikan pedoman gejala dari varian yang sudah ada, termasuk pilek, hidung tersumbat, sakit kepala, kelelahan, bersin-bersin, sakit tenggorokan, batuk, dan perubahan fungsi indra penciuman.
Menurut Rajnarayanan, lonjakan mutasi Pirola kemungkinan membuat booster vaksin yang saat ini ada tidak bisa sepenuhnya mencegah infeksi. Akan tetapi, vaksin dosis tambahan itu masih dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian.