Ketidakjelasan Hasil Pertemuan Putin dan Kim Jong Un di Rusia
RUSIA, difanews.com – Ketidakjelasan muncul dalam pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un karena kedua belah pihak tidak menggelar konferensi pers, tidak merilis pernyataan resmi, dan tidak mengumumkan hasil pertemuan tersebut secara terbuka kepada publik.
Pertemuan keduanya di Rusia hanya menghasilkan informasi seperti Putin dan Kim berjabat tangan di Kosmodrom Vostochny di Wilayah Amur Rusia, Kim mendapat tumpangan dengan limusin Aurus buatan Rusia milik Putin, serta Kim bersulang untuk Putin, menjanjikan Rusia akan menghukum kekuatan jahat yang mengganggu Putin.
Namun Putin tampaknya memberikan bantuan potensial kepada Kim ketika pemerintahannya sendiri terkena sanksi atas invasi besar-besaran ke Ukraina, yang tampaknya menghambat akses terhadap teknologi Rusia.
Saat berkunjung ke kosmodrom tersebut, seorang reporter bertanya kepada Putin apakah Rusia akan membantu Korut meluncurkan satelit dan roketnya sendiri dan ia menjawabnya dengan, “Itulah alasan kami datang ke sini.”
“Pemimpin Korea Utara menunjukkan minat yang besar terhadap luar angkasa, peroketan, dan mereka mencoba mengembangkan luar angkasa. Kami akan menunjukkan objek baru kami,” kata Putin, dikutip dari CNN dari laman CNBC, Kamis (14/9/2203).
Pada Juli lalu, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pergi ke Pyongyang dengan membawa daftar belanjaan. Setelah satu setengah tahun pertempuran berintensitas tinggi di Ukraina, stok amunisi Rusia telah sangat terkuras.
Saat itu para pejabat Amerika Serikat (AS) memperingatkan Korut dan Rusia sedang mempertimbangkan kemungkinan kesepakatan untuk menambah pasokan bagi perang melawan Ukraina. Korut diketahui memiliki persenjataan yang cukup besar di semenanjung Korea.
Hal ini memberikan potensi imbalan bagi Pyongyang. Rezim Kim sangat terisolasi. Berbagai sanksi telah menargetkan Korea Utara atas program rudal nuklir dan balistiknya. Bahkan Rusia telah menandatangani sanksi terhadap Korea Utara di masa lalu.
Namun hal ini memberikan ketidakpastian besar terkait potensi pertukaran teknologi antara Korea Utara dan Rusia. AS yakin Pyongyang telah menjadi pemain dalam perang Ukraina dan memberikan senjata kepada kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner.
Namun Yevgeny Prigozhin, pendiri Wagner, menepis tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai gosip dan spekulasi sebelum dia meninggal ketika pesawatnya jatuh dari langit bulan lalu.
Jika Rusia menyerahkan teknologi peluncuran ini ke Korut, dunia mungkin akan menyaksikan dampak global yang lebih luas dari perang darat terbesar di Eropa sejak tahun 1945. Selain itu, konvergensi dua negara pariah mungkin akan terjadi dengan cara yang tidak terduga dan berbahaya.