ObraS KaIN: Strategi Mengatasi Dampak Positif & Negatif Era Digital
JAKARTA, difanews.com – Era digital dan kemajuan teknologi memiliki dampak positif terhadap kehidupan masyarakat dengan berbagai manfaatnya. Di sisi lain, kemajuan ini juga memiliki dampak negatif bila masyarakat tidak mampu mempelajarinya dengan baik.
Demikian disampaikan Ketua Umum Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) yang juga Ketua Bidang III Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) Tri Tito Karnavian saat membuka Obrolan Santai Kader Inspiratif (ObraS KaIN) PKK edisi ke-17 secara virtual, Kamis (9/12/2021).
Kegiatan bertajuk ‘Orangtua Membangun Keluarga Tangguh Digital’ ini merupakan edisi spesial ObraS KaIN PKK Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim Bersama Ketua Bidang III OASE Kabinet Indonesia Maju serta TP PKK.
Tri menegaskan, orangtua perlu membangun sikap bijak dan terbuka agar mampu memahami perkembangan digitalisasi. Dengan begitu, orangtua dapat membangun keluarga yang lebih tangguh dan mampu memanfaatkan perkembangan teknologi secara baik.
Menurutnya, era digital pada dasarnya merupakan sebuah tanda kemajuan teknologi informasi yang pasti terjadi dan dialami masyarakat. Apalagi di tengah pandemi Covid-19, banyak aktivitas masyarakat yang terbantu dengan kehadiran teknologi digital.
“Proses belajar-mengajar di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, tidak terhalang pandemi Covid-19, karena semuanya bisa dilangsungkan secara virtual. Demikian juga kegiatan perkantoran, pertemuan-pertemuan, rapat-rapat, dan sejenisnya, malah lebih intens dilakukan dengan media virtual. Ini semua merupakan sebuah pembelajaran sosial bagi kita semua, bahkan masyarakat dunia,” ujar Tri.
Tri menambahkan, kondisi ini membuat cara pembelajaran di bidang sosial menjadi berubah. Hal ini berdampak positif terhadap kehidupan masyarakat, meski tak sedikit yang memunculkan dampak negatif.
“Sistem relasi kita sebagai keluarga, juga ikut terpengaruh. Kehangatan hubungan antaranggota keluarga seakan terabaikan, karena semuanya cukup dikomunikasikan melalui gawai kita masing-masing,” katanya.
Tri menekankan, agar kondisi ini tidak dianggap sepele oleh masyarakat. Proses penyadaran diri maupun antaranggota keluarga terhadap kondisi ini, harus sedini mungkin dilakukan. “Kita harus mampu mengembalikan ruh kehangatan komunikasi di dalam keluarga agar komunikasi yang terbangun dalam lingkup sosial yang lebih luas, juga tetap terjaga secara harmonis,” harap Tri.
Sementara itu, Nadiem Anwar Makarim mengatakan, tantangan dalam membina keluarga sangat beragam, apalagi dalam bidang teknologi. Senada dengan Tri, menurut mantan CEO Gojek tersebut, teknologi tidak hanya menimbulkan dampak positif tetapi juga dampak negatif. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua dalam mendidik anaknya di tengah arus perkembangan teknologi.
“Kecanduaan dalam teknologi pada anak harus disikapi serius oleh para orangtua dan memberikan pemahaman tentang pentingnya literasi digital menjadi hal yang harus dilakukan,” ujar Nadiem.
Literasi digital, kata Nadiem, merupakan hal yang penting bagi perkembangan anak. Kemampuan bernalar kritis bisa menjadi tameng dalam menghadapi banyaknya informasi yang ada di dunia digital.
“Ketika anak mampu berpikir kritis maka pemanfaatan teknologi menjadi hal yang positif dalam menerima informasi yang ada dan membuat merdeka belajar pada anak menjadi kenyataan,” tandas Nadiem.
Di lain pihak, Praktisi Psikologi kesehatan dan keluarga Monica Kumalasari yang juga menjadi narasumber dalam kegiatan itu menjelaskan, budaya bermedia digital harus diiringi dengan penguatan karakter individu.
“Selain itu harus ada etis bermedia digital agar paham menerapkan etika di ruang digital saat berkomunikasi secara one to one atau one to many,” terangnya.