Banjir Oh Banjir
Jakarta, difanews.com — Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, banjir di 87 RT telah surut. Sebelumnya, Anies menyebut sebanyak 200 RT di Ibu Kota terdampak banjir akibat hujan deras yang mengguyur Jakarta sejak Jumat (19/2/2021) hingga Sabtu (20/2/2021) dini hari.
“Sabtu pagi ada 200 RT yang tergenang. Per jam 12.00, sudah ada 87 RT yang surut. Jadi statusnya sekarang tinggal 113 RT yang masih ada genangannya, dari 30.000 RT di Jakarta,” kata Anies saat meninjau lokasi pengungsian di GOR Otista, Jakarta Timur.
Lebih lanjut, Anies menyampaikan, dia telah menginstruksikan petugas untuk mempercepat proses penyedotan air sehingga banjir bisa surut dalam kurun waktu 6 jam.
Sebelumnya dikabarkan, banjir setinggi 100-230 centimeter melanda kawasan Kemang Selatan, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Sabtu (20/2).
Warga setempat menyebut banjir kali ini merupakan luapan air bah terbesar, memecahkan rekor ketinggian banjir di awal Januari 2020. Selain hujan, warga menyebut banjir terjadi akibat luapan air dari Kali Krukut.
Di RW 02 Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, juga terendam banjir, Sabtu (20/2/2021) pagi, pascahujan deras yang mengguyur sejak dini hari.
Aquino, salah satu warga di Jalan Kancil RT 09 RW 02 Kelurahan Ragunan, menyebut rumahnya terendam banjir dengan ketinggian mencapai 40 cm.
“Tapi di belakang itu bisa setinggi dada orang dewasa, satu meter lebih. Kalau di pinggir kali mungkin sudah satu setengah meter,” kata Aquino kepada Kompas.com, Sabtu (20/2/2021).
Aquino mengatakan, kawasan di rumahnya memang kerap tergenang setiap banjir besar melanda ibu kota. “Tapi ini yang paling parah,” kata dia. Menurut dia, banjir kali ini tiga kali lipat lebih besar dari banjir biasanya. Bahkan banjir kali ini lebih parah dibandingkan banjir pada awal Januari 2020 lalu.
“Ini imbas karena ada tanggul bocor di Ragunan. Kali di belakang rumah itu memang pembuangan air dari tanggul di Ragunan,” kata dia.
Aquino berharap tanggul yang bocor itu bisa segera diperbaiki. Ia juga meminta Pemprov DKI lebih rutin membersihkan kali di belakang rumahnya.
“Beberapa bulan ini saya enggak lihat aktivitas pengerukan,” ujarnya.
Banjir di wilayah Jakarta Selatan (Jaksel) sendiri menggenangi 22 kelurahan pada pagi hari. Sebanyak 840 warga mengungsi akibat banjir.
Data banjir tersebut diterima dari Plt Wali Kota Jakarta Selatan, Isnawa Adji. Total ada 22 kelurahan yang terendam banjir, terdiri dari 47 RW, 143 RT dan 840 orang mengungsi.
Isnawa mengatakan ketinggian air bervariasi. Mulai dari 10 cm hingga 180 cm. Data ini berdasarkan laporan per pukul 06.00 WIB.
Isnawa menyebut saat ini pihaknya mengoptimalkan penggunaan pompa air untuk menyedot banjir. Petugas gabungan juga melakukan evakuasi kepada lansia dan anak-anak.
Marminah, salah satu warga RT 7 di Jatipadang mengatakan tinggi air di rumahnya telah mencapai dada orang dewasa ketika ia mengungsi ke tempat yang lebih tinggi pada pukul 00.00 WIB.
“Kalau keluar sekarang udah enggak keliatan saya (tertutupi banjir),” kata Marminah saat ditemui CNNIndonesia.com di lorong gang sekitar rumahnya, Sabtu (20/2) sekitar pukul 02.00 dini hari.
Ia mengatakan tengah malam tadi warga telah mendapatkan peringatan dari pengeras suara masjid agar segera mengungsi, menyelamatkan barang berharga, dan mematikan listrik.
“Listriknya belum dimatiin, udah kelelep,” kata dia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut banjir di wilayah Jabodetabek terjadi karena curah hujan ekstrem dalam waktu 24 jam.
“Sesuai prediksi BMKG selama dua hari terakhir, 18 sampai 19 Februari 2021, wilayah Jabodetabek diguyur hujan secara merata dengan intensitas lebat hingga sangat lebat. Lebat lebih dari 50 milimeter, dan sangat lebat 100-150 milimeter, dengan kondisi cuaca hujan ekstrem. Jadi plus kondisi ekstrem, yaitu curah hujan lebih dari 150 milimeter. Semua dalam waktu 24 jam,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers virtual, Sabtu (20/2/2021).
Curah hujan ekstrem terpantau di beberapa wilayah DKI Jakarta. Paling tinggi terjadi di wilayah Pasar Minggu.
Dwikorita menjelaskan ada tiga faktor terjadinya hujan ekstrem di Jabodetabek. Pertama, ada serakan udara dari Asia pada 18 dan 19 Februari.
“Termonitor adanya aktivitas serakan udara yang cukup signifikan. Serakan udara dari Asia, aktivitas tersebut cukup signifikan akibat peningkatan awan hujan di Indonesia bagian barat,” katanya.
Per pukul 12.00, Sabtu (20/2), banjir mungkin memang sudah mulai surut. Namun, mulai petang ini, hujan kembali mengguyur kawasan Jabodetabek. Ada kemungkinan terjadi banjir lebih parah di beberapa bagian.