Hari Dokter Nasional: Ini 2 Tantangan yang Dihadapi Para Dokter
JAKARTA, difanews.com — Hari Dokter Nasional diperingati pada hari ini, Minggu (24/10). Hari Dokter Nasional tahun ini merupakan kali kedua diperingati pada masa pandemi virus corona.
Pada masa pandemi ini, dokter dan tenaga medis memegang peranan paling penting dalam penanganan pasien yang terpapar Covid-19.
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengatakan, dalam rangka Hari Dokter Nasional, IDI berharap semua dokter di Indonesia berkomitmen pada pengabdian terhadap kemanusiaan.
“Diharapkan semua dokter Indonesia tetap komitmen pada jati dirinya sebagai pengabdi pada kemanusiaan dan sebagai pejuang kebangsaan sejak lahirnya,” ujar Daeng saat dihubungi Kompas.com.
Tantangan saat ini, lanjut dia, banyaknya daerah terpencil yang belum mendapatkan pelayanan dokter. Menurut dia, dokter-dokter di daerah terpencil merupakan garda terdepan pelayanan kesehatan.
“Tindakan ini masih perlu diperhatikan baik kesejahteraannya, keamanan, dan keselamatannya,” lanjut dia.
Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Adib Khumaidi mengatakan, ada dua hal yang saat ini dihadapi profesi dokter di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Dua hal itu adalah tantangan dan keterbatasan. Untuk tantangan, Adib mengatakan, saat ini dokter tengah menghadapi permasalahan kesehatan yang semakin kompleks.
“Disrupsi pelayanan kesehatan yang diakibatkan krisis pascapandemi, transformasi digital, liberalisasi jasa kesehatan,” ujar Adib.
Sementara, terkait keterbatasan, baik internal maupun eksternal, IDI diharapkan bisa mempersiapkan organisasi dan anggotanya serta akselerasi regulasi dari pemerintah yang harus dioptimalkan.
Ia berharap, ada peningkatan sense of urgency para anggota IDI dan tranformasi organisasi profesi.
Selain itu, diharapkan adanya upaya-upaya seperti Reevaluate value, Reconnect, Rebuild business program, dan Reimagine yang berkesinambungan.
“Dalam hal ini, IDI melakukan upaya internal yaitu Reavaluate value (teknologi digital disuntikkan dalam setiap aktivitas organisasi untuk meningkatkan value/manfaat besar bagi anggota),” ujar Adib.
Upaya Reconnect dilakukan dengan semua stakeholder termasuk memosisikan menjadi mitra strategis pemerintah.
Untuk Rebuild business, terkait program organisasi menuju kemandirian organisasi. Sedangkan Reimagine diperlukan untuk memperkokoh branding yakni branding identitas dan branding image.
Hari Dokter Nasional pertama kali disepakati saat Muktamar IDI yang terselenggara di Ujung Pandang 22-27 Oktober 1994. Ketua IDI saat itu, Agus Purwadianto, menegaskan, Muktamar memutuskan peringatan Hari Dokter Nasional setiap 24 Oktober.
Dicetuskannya Hari Dokter Nasional ini juga bertepatan dengan berdirinya IDI yang dinilai sebagai organisasi profesi kedokteran di mana para pemimpin dan anggotanya hanya dokter Indonesia dan tidak ada lagi dokter asing (Belanda).
Menurut Agus, para dokter telah mencetak prestasi dalam kurun waktu penjajahan, kemerdekaan, maupun di era pembangunan. Oleh karena itu,pencetusan Hari Dokter Nasional bukan sesuatu yang berlebihan.
Saat dibentuk, organisasi ini telah disebar ke berbagai karisidenan, dan muncullah istilah dokabu (dokter kabupaten), digunakan untuk penyebutan bagi dokter yang mengabdi di daerah.
Hari Dokter Nasional menjadi bukti bahwa profesi dokter merupakan profesi mulia dan sekaligus menjadi sarana bagi kelompok profesi ini untuk menjaga tradisi kemuliaan.