Ikhsan Tak Lelah Bantu Kedua Orangtuanya yang Tunanetra
Kehidupan Ikhsan beserta keluarganya memang jauh dari kata berkecukupan. Dia memiliki kedua orangtua yang tunanetra.
JAKARTA, DIFANEWS.com — Tak semua orang ‘beruntung’ lahir dari keluarga kaya raya, hidup berkecekupukan, dan dari orang tua yang secara fisik juga sempurna.
Maulana Ikhsan, 10 tahun, misalnya.
Bocah kelas 4 SD ini lahir dari keluarga tak mampu dan tinggal di rumah kos di Blok AC BTP, Paccerakkang, Bringkanaya, Makassar, Sulsel. Ayahnya tunanetra.
Sosok Ikhsan menjadi menjadi buah bibir di media sosial setelah tertangkap kamera tengah menuntun ayahnya di pusat keramaian dan membantu menjajakan dagangan keripik milik ayahnya.
Kehidupan Ikhsan beserta keluarganya memang jauh dari kata berkecukupan. Dia memiliki kedua orangtua yang tunanetra. Saat ini, dia tinggal bersama ayah, ibu serta adiknya di sebuah kamar kos berukuran sekitar 4 x 5 meter.
Hanya ada satu ranjang kayu berukuran kecil yang berada di sisi kiri pintu masuk di kamar kos itu serta sebuah televisi yang jadi hiburan keluarganya.
Keterbatasan fisik kedua orangtuanya membuatnya sulit memenuhi kebutuhan hidup. Sang ayah, Asep, mengaku pernah memiliki tunggakan tiga bulan kosnya. Karena itu, Ikhsan harus menyediakan waktunya untuk membantu sang ayah menjual keripik.
“Saya ingin membahagiakan orangtua. Jadi saya harus membantu orangtua,” kata Ikhsan saat ditemui Kompas.com di kediamannya.
Ikhsan mengatakan, sebelum membantu orangtua, dia terlebih dahulu pergi ke sekolah hingga sore. Berjualan keripik, lanjut dia, diupayakan tidak menghambat waktunya bersekolah dan bermain bersama teman-temannya.
Ikhsan mengatakan, baru ikut membantu ayahnya jika sudah pukul tujuh malam ketika ia selesai mengaji bersama teman-temannya. Ia baru menemani ayahnya berjualan di siang hari ketika itu hari Minggu atau hari libur.
“Daripada diam di rumah tidak ada dibikin, lebih baik bantu ayah berjualan sekalian ketemu juga sama orang-orang,” katanya.
Bocah yang bercita-cita menjadi tentara ini tak sedikit pun pernah merasa malu membantu orangtuanya yang tunanetra meski sempat menerima ejekan. Dia mengenang peristiwa kelamnya beberapa waktu lalu, kala dia masih bersekolah di lingkungan yang lama, ia juga pernah menjadi bulan-bulanan temannya.
Namun, hal itu tak membuat semangat Ikhsan surut untuk membantu kedua orangtuanya.
Di sekolah barunya, Iksan mengaku teman-temannya tidak pernah mengejeknya. “Semuanya baik jadi sekarang sering juga main-main di sekolah,” kata Ikhsan.
Iksan mengaku tidak lelah membantu orangtua berjualan dan menuntun ayahnya. Padahal tiap malam, dia dan ayahnya harus berjalan beberapa kilo meter keliling untuk menjajakan dagangan. “Pernah tidak laku sama sekali,” kata anak kedua dari tiga bersaudara ini.