Taufik Jursal Effendi: ‘Sepakbola Jakarta Harus Diurus’
JAKARTA, difanews.com – Sukses Persija Jakarta merebut Piala Menpora 2021 setelah mengalahkan Persib Bandung di pertandingan pra-musim Liga 1 sama sekali bukan cermin hebatnya pembinaan sepakbola ibukota.
Setelah penghapusan kompetisi perserikatan pada 1994, Jakarta tak lagi jadi barometer sepakbola Indonesia. Persija, yang pernah merebut 9 trofi perserikatan hingga 1979, hanya kebagian dua trofi di éra Liga Indonesia –2001 dan 2018.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satunya, Asprov PSSI DKI Jaya tidak fokus membina talenta-talenta muda yang bertebaran di lima wilayah Ibukota. Kompetisi usia dini tak pernah digelar secara terencana dan terprogram. Tak ada blue print pembinaan usia muda.
Di Jakarta banyak pertandingan digelar, baik bersifat turnamen maupun kompetisi. Tapi, kompetisi-kompetisi U-12 dan U-16, misalnya, semuanya digelar pihak swasta dengan anggaran CSR mereka yang terbilang besar.
Di bawah Asprov PSSI DKI Jaya, hanya Askot PSSI Jakarta Barat yang kerap terdengar denyutnya dengan menggelar sejumlah turnamen dan kompetisi usia muda.
Menurut Taufik Jursal Effendi, CEO Persija Barat FC, Askot PSSI Jakarta Barat sudah tiga tahun menggelar kompetisi usia muda, yakni Liga Yunior mulai U-11 hingga U-17 dan melibatkan sedikitnya 28 SSB di Jakarta.
Karena itu, atas nama kemajuan sepakbola Jakarta, 11 voter klub (pemilik suara di Asprov PSSI DKI Jakarta) dari total 21 voter, menggelar silaturahmi untuk membuat kriteria calon Ketua Umum Asprov PSSI DKI Jakarta beberapa waktu lalu.
Calon ketua umum yang sesuai kebutuhan saat ini dan masa depan perlu ditegaskan mengingat masa bakti Pengurus Asprov PSSI DKI Jakarta 2018-2022 akan berakhir pada Februari 2022.
Dengan semangat ‘Sepakbola Jakarta Harus Diurus’ dan ‘Jakarta Berprestasi’, ke-11 voter menginginkan ketua umum baru nantinya tidak rangkap jabatan lain yang butuh konsentrasi tinggi.
“Sepakbola Jakarta butuh pemimpin yang fokus mengurus sepakbola, visioner dengan gagasan-gagasan cemerlang dan mampu merealisasikannya menjadikan Jakarta sebagai barometer sepakbola nasional dalam hal manajemen pembinaan dan préstasi,” beber Taufik.
Selain itu, katanya, Asprov PSSI DKI Jakarta juga harus diisi oleh mereka yang berkomitmen untuk menggelar Liga 3, Piala Soeratin U-13 hingga U-17, plus Jakarta Anniversary Cup setiap HUT Kota Jakarta, dengan melibatkan semua SSB dan klub se-Jakarta.
“Dari kompetisi-kompetisi itu nantinya harus ada tim hasil seleksi untuk tim U-13, U-15, U-17, dan Liga 3. Merekalah nanti yang akan meramaikan Jakarta Anniversary Cup,” tambah Taufik.
Untuk melancarkan program-program pembinaan itu memang dibutuhkan dana tak sedikit. Karena itu, menurut Taufik, Ketum Asprov PSSI harus punya hubungan luas dengan banyak kalangan dan memiliki tim marketing andal.
Jakarta, kata Taufik, sudah memiliki 6 lapangan sintetis sebagai asset pembinaan. Selain itu, tak lama lagi Jakarta juga akan memiliki Jakarta International Stadium berkat semangat dan dorongan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
“Itu asset-aset yang bisa dimanfaatkan Ketum Asprov untuk menarik minat sponsor turun tangan membantu pembinaan sepakbola di Jakarta,” tambah Taufik.
“Kita jangan lagi menggelar pertandingan di lapangan-lapangan yang tak lagi sesuai standar,” tegas Taufik pula.
Ke depan, Jakarta juga perlu menggelar pertandingan Antarklub atau Antarkota dalam platform Jakarta Premier League.
“Supaya nantinya juga muncul klub-klub legendaris seperti PS Setia, Jayakarta, Indonesia Muda, atau Tunas Jaya,” tutup Taufik.