Seni Budaya

Halte Bis Rumpi, Halte Merajut Mimpi

Lenong dekat dengan kehidupan rakyat Betawi. Tapi, belakangan makin menjauh. Harry de Fretes berupaya mendekatkannya kembali.

JAKARTA, DIFANEWS.com — Warga Betawi, khususnya Jakarta pinggiran, lenong bukanlah barang asing. Jenis kesenian berupa teater rakyat ini disukai segala lapisan karena dalam dialog-dialog para pelakonnya diselipkan dengan celotehan humor namun tetap sarat pesan moral.

Di era kekinian, ketika lenong masup tipi, melalui TVRI dan kemudian RCTI, orang mengenal Lenong Rumpi (Harry de Fretes) dan Lenong Bocah (Aditya Gumay).

Lama kemudian dunia perlenongan seperti vakum.

Harry de Fretes yang nampaknya sudah jatuh cinta dan tak bisa menutup hatinya dari dunia perlenongan, kini mendirikan Lenong Modern Bejana Perak di tengah maraknya serbuan budaya asing melalui berbagai cara.

Lenong Modern Bejana Perak melalui lakon-lakon yang dibawakannya dalam pentas hiburan tradisional Betawi diharapkan mampu menjaga dan melestarikan budaya lokal, khususnya budaya Betawi.

Halte Bis Rumpi yang dipentaskan di Bulungan, Minggu (10/3), menjadi bagian dari upaya Harry dan kawan-kawan untuk terus melawan derasnya aliran masuk budaya asing itu.

Halte Bis Rumpi bisa disebut sebuah fragmen kehidupan sehari-hari dengan fokus peristiwa di seputar halte bus di mana seorang pedagang kelontong bernama Boim (Hamdan Syukri) dan pedagang minuman gerobak bernama Bang Somad (Shahroni Yanto) saban hari berjualan.

Berdatangan ke situ berbagai karakter manusia. Ada Sion (Rahmad Insani Fahreza), pemuda asal Manado yang ingin jadi artis di Ibukota Jakarta. Lalu Rohaya (Inong Dartya), perempuan pinggiran Jakarta yang nyaris terjerumus ke dunia hitam karena ajakan Mungky (Sasha Q).

Beruntung Rohaya masih bisa diselamatkan dari pria hidung belang bernama Koh Asun (Encep Muh Subhan).

Sebelum prilaku buruk Mungky ketahuan, cerita juga disisipkan dengan hadirnya pengamen centil bernama Dora (Age Prianto), dua wanita pelajar, Lulu dan Lolo (Titin Supriatin dan Cynthia Arabella), yang juga memanfaatkan halte bus itu itu untuk berganti penampilan.

Secara umum, banyolan-banyolan Halte Bis Rumpi memang masih kurang nancep di telinga penonton. Namun, sebagai upaya menampilkan sebuah fragmen kehidupan, apa yang dilakukan Harry de Fretes selaku sutradara, layak diacungi jempol.

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button