Puisi-puisi Aditya Ardi N
indeks derita
indeks harga rongsokan hari ini: besi berkarat harganya melambung tinggi. tembaga dan alumunium foil turun menggigil. kardus dan kertas harganya stabil. rongsokan moral turun drastis, sama murahnya dengan bangkai norma dan etika. belakangan ini bahkan marak diberitakan di televisi. kaleng biskuit, kompor, dan botol bir. harganya mencuat, kalian tahu kenapa?
fluktuasi terjadi gara-gara ulah mucikari ekonomi yang tukar guling dengan tengkulak rongsokan luar negeri. harga hukuman juga terasa lebih ringan. karena makelar-makelar biasa membeli di bawah harga pasar; sementara para pemulung tetap tergulung dalam rongsokan kemiskinan, merintih rindukan hangatnya obrolan tentang meja makan yang bersih tanpa rongsokan.
tranfusi luka dari infus cinta
aku telah
ingatkan kamu supaya tidak jatuh cinta
jikalau tak ingin sepasang kelaminmu cedera
kau tentu tau bahwa hiv aids itu bahaya
jangan lupa kenakan kondom atau kau kena gonorrhoea.
tulikan telinga
bila ada yang memanggilmu atas nama cinta
itu pedang bermata dua, itu sungai yang tak jelas muaranya
karena cinta cuma retorika dari logika sengsara
cukup pelacur-pelacur itu
saja
yang tahu, yang merasa
orasi lepas kendali
mengapa kau nyalakan lagi ketakutan di negeri ini ketakutan itu menjelma rintihan bersama
meratapi mahalnya harga kebutuhan pokok sehari-hari
mengapa kau nyalakan lagi ketakutan di negeri ini bersama laju inflasi dan tagihan utang luar negeri
mencekik leher menuntut segera dilunasi
sementara di saku baju para penguasa
selalu masih menyimpan janji;
tentang perbaikan gizi, peningkatan ekonomi
pengentasan kemiskinan, dan pemberantasan korupsipidato-pidato seperti riak busa bir
orasi-orasi tenggelam dalam sebotol whiskey
berakhir janji dan bukan bukti.
hore! suara kami terbeli
tiba-tiba kami
menjadi begitu penting
ketika pesta pemungutan suara tiba
mendadak rumah kami didatangi
orang-orang necis; wajah-wajah yang bersinar
turun dari mobil-mobil yang bagus
“percayalah,
saya akan mencintai rakyat kecil,
dan memupuk segala impiannya, percayalah saya bersumpah”
cerocosnya sambil menitikan air mata buatan
“saudaraku rakyat kecil; terimalah ini sebagai ganti uang rokok,
besok datanglah ke tps, dan pilihlah aku jadi pemimpinmu,
takkan mengecewakan, saya bersumpah”
lalu sekawanan
itu pergi
setelah membeli suara kami
tapi kami tak kunjung mengerti
mengapa kami mendadak penting saat ini?
Data Diri Singkat Penulis:
Lahir di Ngoro – Jombang, Jawa Timur 7 Januari 1987. Puisinya tersebar di beberapa Penerbitan bersama: Sebelum Surga Terbakar (2008), Antologi Penyair 5 Kota (2010), Puisi Sumpah Pemuda (2014),Negeri Abal-Abal (2015), Membaca Kartini (2016). KARTOGRAF: Antologi Puisi Penyair Jatim (2017). Situ, Kota, dan Paradoks (2017) Buku Puisi tunggalnya Mobilisasi Warung Kopi (2011), Mazmur dari Timur (2016) . Beberapa karya puisi dan esai dimuat di media online/cetak lokal maupun nasional serta beberapa jurnal kebudayaan. Memenangkan Green Literary Award (Jakarta, 2015) kini tinggal dan berkarya di Jl. Musi no 137, RT 02/RW 02, Dusun Gresikan, Desa Ngoro, Kec Ngoro, Kab Jombang, Jawa Timur kodepos: 61473. IG: @aditya_ardi_n
Surel: adittrendkill@yahoo.co.id