Kasus Audrey Takkan Terjadi Jika Guru Bisa Beri Contoh Karakter yang Baik
Kasus kekerasan terhadap Audrey menjadi pelajaran berharga untuk mengurai dan mencari latar belakang penyebabnya, agar tidak terulang lagi peristiwa memilukan dan memalukan di dunia pendidikan.
JAKARTA, DIFANEWS.com — Kasus Audrey, siswi SMP Pontianak, yang dianiaya siswi SMA terjadi tiba-tiba, menggemparkan, khususnya dunia pendidikan Kota Pontianak.
Kasus dugaan kekerasan ini menjadi sorotan hingga mengundang reaksi luas dan memunculkan petisi Justice For Audrey. Tagar JusticeForAudrey di Twitter juga sempat menduduki posisi nomor 1 di Indonesia dan dunia pada Selasa (9/4).
Kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan, bisa jadi karena kurangnya contoh karakter dari para pendidik. Padahal hal karakter siswa-siswi itu bisa dibentuk melalui literasi di sekolah.
Demikian dikatakan Yeni Sulistiyani, guru asal Lampung Timur yang telah mengikuti Bimtek Instruktur Literasi Baca-Tulis Tingkat Nasional, selama sepekan di Grand Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, 8-14 April 2019.
Menurut guru SMA yang juga mengajar di Universitas Terbuka UPBJJ Bandar Lampung ini menambahkan, “Literasi bukan sekadar mengajarkan baca tulis, bercerita, atau membuat cerita semata, tetapi lebih dari itu, harus mampu membuka wawasan, menyibak cakrawala, melihat paradigma baru tentang semua disiplin ilmu yang dipelajari di sekolah dengan melibatkan guru dan masyarakat, sehingga membentuk perilaku, budaya, dan karakter yang beradab, berakhlak, dan berbudi luhur.”
“Dengan terjadinya kasus Audrey Siswi SMP Pontianak Dianiaya Siswi SMA sungguh memprihatinkan. Sebagai guru, tentunya peristiwa itu menjadi pelajaran berharga untuk mengurai dan mencari latar belakang penyebabnya, sehingga tidak akan terulang peristiwa yang memilukan dan memalukan di dunia pendidikan.” kata Yeni yang punya nama pena Roja Murthado.
“Dunia pendidikan sebagai salah satu agen perubahan, menempatkan seorang guru menjadi ujung tombak membentuk karekter siswa,” tambahnya.
“Hanya dengan perilaku yang tulus dan memberi contoh yang sudah dikerjakan oleh gurulah yang dapat ditangkap oleh murid. Jadi, generasi milenial perlu contoh karakter dari para pendidik,” tandas Yeni yang menulis literasi dan menerbitkan buku, yang terakhir membuat buku Analektika Telaah Sastra. (EQ)