Lembaga Kebudayaan Betawi akan Luncurkan Buku Referensi Kebetawian bagi Pelajar Awal 2022
JAKARTA, difanews.com — Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) menyusun buku budaya terkait Betawi sebagai sumber referensi bagi pelajar sekolah maupun masyarakat.
“Buku referensi dibuat dengan melibatkan berbagai unsur pemerhati maupun budayawan Betawi. Bukan hanya untuk siswa tetapi juga masyarakat umum agar budaya Betawi bisa terus dilestarikan dengan dokumentasi yang jelas,” kata Ketua LKB Beki Mardani melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa lalu.
Beki menuturkan buku referensi budaya Betawi direncanakan terbit awal 2022 dengan mengambil materi melalui diskusi kelompok di RMB Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Zona A, Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 4-5 November 2021.
Diskusi melibatkan ahli tari Betawi Julianti Parani dan Madia Patra Ismar dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ), pakar seni permainan anak Tuti Tarwiyah dan Sam Muchtar Chaniago dari Universitas Negeri Jakarta.
Dari budayawan Betawi ada Yoyo Muchtar dan Yahya Andi Saputra dari Lembaga Kebudayaan Betawi serta pengamat pencak silat dari Asosiasi Silat Tradisi Betawi Indonesia Muali Yahya, hingga Maharani Kemal dari Persatuan Wanita Betawi.
“Kami rencanakan ada tujuh klaster atau tujuh topik dalam buku ini, yakni seni musik & tari, seni pertunjukan, kuliner, sastra, bahasa dan folklor, bela diri dan permainan anak-anak, kriya dan arsitektur, upacara dan siklus hidup,” tutur anggota LKB Fadjriah Nurdiarsih yang juga bertindak selaku editor.
Fadjriah menuturkan, diskusi kelompok ini dilakukan untuk menjaring masukan serta format yang tepat untuk menyusun buku mengenai budaya Betawi itu.
Jualianti mengaku terkendala saat menggali kebudayaan Betawi secara menyeluruh dan membutuhkan wawancara mendalam dengan pelaku sejarah Betawi.
“Melacak akar kesenian Betawi tidak bisa lagi bertumpu pada peta wilayah atau lokasi. Pelaku-pelakunya sudah berpindah-pindah dan anak keturunannya pun sudah tidak di lokasi sama,” ungkap koordinator penulisan buku ‘Bunga Rampai Seni Pertunjukan Kebetawian’ ini.
Karena itu ia menyarankan bahan buku juga dapat dimulai melalui penelitian mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang mengambil tema budaya Betawi.
Sementara itu, Madia menyebutkan, minat penelitian kebudayaan Betawi di kalangan mahasiswa saat ini memang sudah mulai tumbuh. Namun pendataan tentang penelitian tersebut masih belum tertata dengan baik.
“Di Institut Kesenian Jakarta ada sejumlah penelitian mengenai kebetawian. Kita bisa memulai dari sini untuk mendapatkan ‘insight’,” ujar perempuan yang juga Wakil Rektor III IKJ ini, dikutip dari Antara.
Pemandu acara Sam Mochtar menambahkan saat ini Universitas Negeri Jakarta memiliki mata kuliah khusus mengenai Kebetawian sebanyak empat SKS.