Rumah Tahfizh Al-Jihadi Kampung Perigi, Dibangun atas Usul Ibu-Ibu
Ibu-ibu yang secara rutin hadir di pengajian tadarus Al-Qur’an dan Majelis Taklim awalnya terinspirasi setelah melihat ada sebuah rumah yang dijual. Letaknya berderetan dengan lokasi Yayasan Al-Jihadi.
JAKARTA, difanews.com – Sejumlah pekerjaan besar banyak diawali dengan obrolan ringan seperti juga pada pendirian Rumah Tahfizh Al-Jihadi Kampung Perigi, Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
“Rumah Tahfizh Al-Jihadi malah diawali dengan obrolan ibu-ibu tadarus Al-Qur’an Yayasan Al-Jihadi pimpinan Ibu Harsanti,” kata Ustadz Drs H Soparman Syaroni, Ketua Yayasan Al-Jihadi sekaligus Guru Majelis Taklim dan Tadarus Al-Jihadi, kepada difanews.com, Sabtu (11/12).
Ibu-ibu yang secara rutin hadir di pengajian tadarus Al-Qur’an dan Majelis Taklim awalnya terinspirasi setelah melihat ada sebuah rumah yang akan dijual. Letaknya berderetan dengan lokasi Yayasan Al-Jihadi.
Maka, suatu hari pada 2016, Uun Tarjuni, salah satu anggota pengajian tadarus dan majelis taklim, menyampaikan ide pendirian itu kepada Ustadz Soparman dengan cara membeli rumah yang akan dijual itu untuk pembangunan Rumah Tahfizh.
Tak cuma menyampaikan gagasan, Uun juga memberikan dana awal.
Menurut Ustadz Soparman, ada sekitar 80-an ibu-ibu anggota pengajian dan majelis taklim di bawah bimbingannya. Mereka terdiri atas ibu-ibu yang pernah mengikuti umrah bersama biro perjalanan haji dan umrah Arafah Tour.
Setuju dengan usulan itu, Ustadz Soparman sebagai Ketua Yayasan Al-Jihadi pun membentuk tim. Drs. H. Sudarno mendapatkan tugas sebagai Ketua Pembangunan, sementara Ust Muhammad Dzul Ikrom, sarjana lulusan Al-Azhar Mesir yang juga anak sulungnya ditugaskan mempersiapkan pengajaran sekaligus sebagai Kepala Tahfizh.
Menurut Sudharno, upaya pembelian lahan di sebelah Yayasan Al-Jihadi berjalan cukup alot. Namun, berkat negosiasi berulang-ulang, harga tanah dan bangunan seluas 220 m2 yang semula dipatok Rp3 miliar itu akhirnya bisa diambil alih dengan Rp1,4 miliar.
“Ya, kami bayar secara cicilan sebanyak Rp1,3 miliar karena yang Rp100 juta sebagai infaq pemilik lahan,” terang Sudharno.
Peletakan batu pertama pembangunan dilaksanakan, Ahad 29 November 2010. Dengan pelaksana PT MJMS pimpinan Haji M Syukri, yang kebetulan ayah dari Alifah, teman Ustadz H Ahmad Zul Jalal Lc (alumni Universitas Islam Madinah ) yang juga salah seorang pendidik Rumah Tahfizh dan kebetulan adik dari Ustadz Dzul Ikram.
Dengan modal persahabatan itu, pembangunan berjalan lancar dengan 13 tukang setiap hari. Tanpa menghiraukan berapa pun dana yang ada, PT MJMS berjanji akan menyelasaikan sampai tuntas.
Adapun gambar bangunan hasil karya H Saptono, yang juga tanpa imbalan sama sekali.
Ditambahkan Sudharno, pembangunan Rumah Tahfiz dengan 3,5 lantai itu saat ini sudah berjalan 80 persen dengan total biaya, termasuk pembelian lahan, Rp3,3 miliar. “Dana kami peroleh dari donatur perseorangan. Mulai dari yang menyumbang Rp50 ribu sampai Rp300-an juta,” ujarnya.
Ustadz Soparman yang juga guru tahsin Al-Qur’an di Masjid Jami Al-Abror Kampung Perigi Tanah Kusir, mengaku sangat bersyukur karena ada orang-orang seperti Ny. Fui Leman (Ibu Fifi), H. Dadong, H Iwa Kartiwa, Harsanti, Supriadi, dan banyak lagi, yang tak sungkan menggelontorkan dana ratusan juta untuk mendanai pendirian Rumah Tahfidz Al-Jihadi Kampung Perigi Tanah Kusir ini.
Sementara itu, Ust Dzul Ikrom mengatakan, Rumah Tahfizh ini kemungkinan mulai menerima santri pada pertengahan 2022.
Adapun syarat penerimaan santri adalah:
1. Lulus SD/Madrasah, lancar baca Qur’an dan bersedia menunda masuk SMP selama setahun;
2. Lulus SMP/Sederajat, lancar baca Qur’an dan bersedia menunda masuk SMA selama setahun;
3. Lulus SMA/Sederajat, lancar baca Qur’an dan bersedia menunda melanjutkan Pendidikan ke perguruan tinggi selama setahun;
4. Masyarakat Umum, lancar baca Qur’an dan bersedia menunda bekerja atau kegiatan lain selama setahun.
Tahap awal, Rumah Tahfizh Al-Jihadi menerima maksimal 40 santri khusus laki-laki. Rumah Tahfizh untuk santri wanita baru masuk dalam perencanaan Yayasan.
Selama nyantri, semua kebutuhan makan ditanggung Yayasan. Namun, mereka dibebani target hafalan. Jika dalam tes uji hafalan gagal, mereka diwajibkan membayar semua biaya akomodasi selama nyantri.
“Kalau lulus tes hafalan, mereka dibebaskan dari biaya apapun sampai lulus hafal Qur’an,” tambah Ustadz Dzul Ikrom yang juga mengajar Hadits setiap Kamis malam di Masjid Jami Al-Abror.
Menurut Ustadz Soparman, dalam setahun setiap siswa ditargetkan hafal 20 juz Al-Qur’an. “Tapi, kalau mereka cerdas, dalam setahun bisa hafal 30 juz,” ujarnya.
“Kami prioritaskan untuk warga Kampung Perigi, Tanah Kusir, untuk masuk dan dididik menjadi hafizh Qur’an di sini,” kata Ustadz Soparman lagi. “Tapi, tentu kami buka untuk siapa saja yang mau, dari mana saja.”