Sha Ine Febrianti: Saat Ada Getaran di Dada, Ungkapkanlah dalam Karya
Masyarakat yang memiliki apresiasi kesenian tinggi, mencintai karya anak bangsanya sendiri, berarti kebudayaan masyarakat negara itu maju.
JAKARTA, DIFANEWS.com — Ajang penghargaan Indonesian Box Office Movie Awards 2019 yang diadakan tanggal 4 Maret di Galeri Indonesia Kaya menghadirkan Sha Ine Febriyanti.
Aktris/Sutradara sebagai salah satu juri film, ini berbagi pengalaman tentang kiprahnya berkesenian di panggung teater dan film.
“Masyarakat yang memiliki apresiasi kesenian yang tinggi, dan mencintai karya anak bangsanya sendiri, berarti negara itu maju kebudayaannya.” kata Ine, pemeran Nyai Ontosoroh dalam film Bumi Manusia yang akan dirilis pada 2019 ini.
Berkesenian itu totalitas, memerlukan tekad dan keikhlasan dalam jiwa saat menekuni di bidang teater, film atau profesi apapun. Saat melihat sesuatu ada yang menggetarkan jiwa, segeralah wujudkan dalam bentuk karya, karena getaran itu anugerah dari Tuhan yang harus dituangkan dan dipersembahkan kepada masyarakat. Sebab kita adalah perpanjangan tangan Sang Maha.
Bagaimana getaran itu disampaikan ke khalayak penonton dengan sepenuh hati, begitu memerankan seorang tokoh di atas pentas, seolah kita menjadi dirinya dan untuk menghadirkan roh yang diperankan, mintakan kapada sang Maha Pencipta agar dimampukan, karena kita tidak punya kemampuan apapun tanpa anugerah-NYA.
“Hal itu aku rasakan ketika memerankan tokoh Cut Nyak Dien, di ruangan teater yang luas, dengan penonton lebih dari tiga ribu orang, mereka terpaku dan terpukau dengan dialog yang aku sampaikan, selang berapa detik kemudian, barulah penonton bertepuk tangan mengapresiasi,” cerita Ine saat pentas di Kota Makassar.
Memperoleh apresiasi dari penonton bukan karena sekadar idealisme profesi yang kita tunjukkan. Idealisme yang diselimuti ego, keangkuhan, dan kesombongan akan menyakitkan diri sendiri dan membuat ketidaknyamanan bagi orang lain. Karena profesi kreatif itu selalu bersinergi dan berkolaborasi dengan banyak pihak, apalagi di industri kreatif berbagai kepentingan saling mempengaruhi.
Saling pengaruh bukan bermaksud saling ngotot mempertahankan gagasan, karena gagasan itu perlu disempurnakan dari berbagai sudut pandang orang lain. Kompromi itu perlu untuk menyamakan persepsi dan menyatukan misi visi dalam menghasilkan karya terbaik, yang nantinya akan dipersembahkan kepada masyarakat bangsa Indonesia, sehingga tercipta jalinan kebersamaan dan persaudaraan yang harmonis. (EQ)